Senin, 29 November 2010

KAPAN AL-QUR'AN DITURUNKAN.??

Orang Indonesia sering
memperingati waktu turunnya Al
Quran yang biasa disebut Nuzulul
Quran pada malam 17 Ramadhan.
Di waktu lain ada yang mengatakan
bahwa turunnya Al Quran adalah
pada malam Lailatul Qodr, yang
persisnya tidak ada yang tahu
kecuali sebuah petunjuk bahwa
malam itu ada di malam-malam
ganjil pada sepuluh hari terakhir di
bulan Ramadhan sebagaimana
difirmankan Allah : Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al
Qur ’an) pada malam kemuliaan (QS
97 :1) Kemarin pertanyaan yang
sering saya dengarkan itu
ditanyakan di dalam acara Sehari
Bersama Al Quran kedua-duanya
benar. Lailatul Qodr adalah malam
turunnya Al Quran dari Lauhul
Mahfudz ke Langit Dunia secara
sekaligus. Sedangkan dari langit
dunia, ayat- ayat Al Quran
diturunkan secara berangsur-angsur
kepada Nabi Muhammad SAW.
Turunnya AlQuran kepada Nabi
Muhammad yang pertama kali itulah
yang disebut Nuzulul Quran, yaitu
turunnya surat Al Alaq ayat 1
sampai 5 di Gua Hiro. Sudah kita
ketahui bersama bahwa kebanyakan
dari kaum muslimin memperingati
turunnya Al Qur'an pada malam 17
bulan romadhon. Berikut ini adalah
nukilan dari kitab Rahiqul Makhtum
oleh Syaikh Shafiyurrohman
Mubarakfury (yang diterjemahkan
dalam Sirah Rasulullah dan
diterbitkan oleh beberapa penerbit)
tentang perbedaan pendapat dalam
menetapkan awal bulan Allah
memuliakan beliau dengan
nubuwah dan menurunkan wahyu.
Kata beliau : Diantara mereka (pakar
sejarah) lebih banyak yang
menetapkannya pada bulan Rabi'ul
Awwal. Sebagian golongan yang
lain menetapkannya bulan
Ramadhon Dan golongan yang lain
menetapkannya pada bulan Rajab
(lihat Mukhtashar Siratir Rasul oleh
Syaikh Abdullah bin Muhammad bin
Abdul Wahhab an Najdy hal 75)
Sementara Syaikh Mubarakfury
menguatkan pendapat kedua yaitu
pada bulan Ramadhan, yang hal ini
dikuatkan oleh firman Allah : 1. Bulan
Ramadhan, bulan yang didalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur'an
(Al Baqarah : 185) 2. Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al Qur'an)
pada Lailatul Qadr (Al Qadr : 1)
sebagaimana yang sudah diketahui
bersama, lailatul Qadar adalah pada
bulan Ramadhan. Inilah maksud dari
firman Allah : Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam
yang diberkahi dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan
(Ad Dukhan:3). Karena saat itu beliau
berada di gua Hira, berarti Jibril
turun disana, sebagaimana yang
sudah diketahui. Ada pula
perbedaan pendapat diantara para
pakar tentang penentuan harinya
dari bulan Ramadhan. Ada yang
berpendapat : 1. pada hari ketujuh 2.
pada hari ketujuh belas 3. pada hari
kedelapan belas (lihat Mukhtashar
Siratir Rasul oleh Syaikh Abdullah
bin Muhammad bin Abdul Wahhab
an Najdy hal 75) Syaikh
Mubarakfury menguatkan pendapat
yang menyatakan pada tanggal
duapuluh satu, sekalipun beliau tidak
melihat orang yang menguatkan
pendapat ini. Sebab semua pakar
sejarah sejarah atau setidak-
tidaknya mayoritas diantara mereka
sepakat bahwa beliau diangkat
sebagai rasul pada hari senin. Hal ini
diperkuat riwayat para imam hadits,
dari Abu Qatadah Radhiyallahuanhu
bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
wasalaam pernah ditanya tentang
puasa hari senin. Beliau menjawab,
"Pada hari inilah aku dilahirkan dan
pada hari ini pula turun wahyu
(yang pertama) kepadaku." dalam
lafazh lain disebutkan, "Itulah hari
aku dilahirkan dan pada hari itu pula
aku diutus sebagai rasul atau turun
kepadaku wahyu," Lihat shahi
muslim 1 /268 ; Ahmad 5 /299 ; Al
Baihaqy 4 / 286-300 ; Al Hakim
2 /602. Hari senin dari bulan
Ramadhan pada tahun itu jatuh
pada tanggal 7 , 14 ,21 dan 28.
Beberapa riwayat yang shahih telah
menunjukkan bahwa lailatul qadar
tidak jatuh kecuali pada malam-
malam ganjil dari sepuluh hari
terakhir dari bulan Ramadhan. Jadi
jika kita membandingkan antara
firman Allah, "Sesungguhnya Kami
menurunkannya (Al QUran) pada
Lailatul Qadr," dengan riwayat
Qatadah bahwa hari diutusnya
beliau sebagai rasul jatuh pada hari
senin, serta berdasarkan penelitian
ilmiah tentang jatuhnya hari senin
dari bulan Ramadhan pada tahun
itu, maka jelaslah bagi kami bahwa
hari diutusnya beliau sebagai rasul
jatuh pada malam tanggal dua
puluh satu dari bulan Ramadhan.

SYAHADAT TAPI BERDOSA.??

“Segala puji bagi Allah yang telah
menurunkan kepada hamba-Nya Al-
Qur ’an, dan Dia tidak membuat
sesuatu yang tidak lurus di
dalamnya. Sebagai bimbingan yang
lurus, untuk memperingatkan
(manusia) akan siksa yang pedih
dari Allah dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang
beriman, yang mengerjakan amal
soleh, bahwa mereka akan
mendapat balasan yang baik.
Mereka (akan menikmati kehidupan
sorga) kekal di dalamnya untuk
selamanya ”(al-Kahfi:1-3)
Al-Qur’an adalah pedoman bagi
manusia yang ingin memilih jalan
kebenaran daripada jalan kesesatan
(al-Baqarah :185), pembimbing
(guidance) untuk membina
ketakwaan (al-Baqarah: 2). Namun,
hidup yang taqwa bukan semata
harapan atau angan-angan untuk
meraih kebahagiaan, tetapi
merupakan medan dan cara kerja
yang sebaik-baiknya untuk
merealisasikan kehidupan yang
berjaya di dunia dan memperoleh
balasan yang lebih baik lagi di akhirat
(an-Nahl: 97).
Bekerja adalah kodrat hidup, baik
kehidupan spiritual, intelektual, fisik
biologis, maupun kehidupan
individual dan sosial dalam berbagai
bidang (al-Mulk: 2). Seseorang layak
untuk mendapatkan predikat yang
terpuji seperti potensial, aktif,
dinamis, produktif atau profesional,
semata-mata karena prestasi
kerjanya. Karena itu, agar manusia
benar-benar “hidup”, dalam
kehidupan ini ia memerlukan ruh
(spirit). Untuk ini, Al Qur ’an
diturunkan sebagai “ruhan min
amrina”, yakni spirit hidup ciptaan
Allah, sekaligus sebagai
“ nur” (cahaya) yang tak kunjung
padam, agar aktivitas hidup
manusia tidak tersesat (asy-Syura:
52).