Selasa, 28 Desember 2010

PENGUMPULAN AL-QUR'AN

Assalamu'alaikum
Pak Ustadz, Ada 3 yang
akan saya tanyakan.
1. Apa alasan Khalifah
Usman membakar
beberapa mushaf Al Qur'a
sebelum membuat
Mushaf al Qur'an yang
baru?
2. Tolong jelaskan kata
"Kami' dalam ayat-ayat
Al Qur'an..
3. Asbabunuzul Surah Al
Fatihah, sebab surah
tersebut berisi do'a,
banyak yang mengatakan
kalau surah tersebut
adalah do'a Nabi
Muhammad bukan
merupakan firman Allah
Jazakallah atas
penjelasannya..
31 Agustus jam 14:28 · Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam waalaikum salam
wr,wb.
1.Mushaf Al Quran yang
ada di tangan kita
sekarang ternyata telah
melalui perjalanan
panjang yang berliku-liku
selama kurun waktu lebih
dari 1400 tahun yang
silam dan mempunyai
latar belakang sejarah
yang menarik untuk
diketahui. Selain itu
jaminan atas keotentikan
Al Quran langsung
diberikan oleh Allah SWT
yang termaktub dalam
firman-Nya QS.AL Hijr -
(15):9: “Sesungguhnya
Kamilah yang
menurunkan adz-Dzikr (Al
Quran), dan kamilah yang
akan menjaganya ”..
Pada permulaan Islam,
kebanyakan orang
bangsa Arab Islam adalah
bangsa yang buta huruf,
sangat sedikit di antara
mereka yang tahu
menulis dan membaca.
Mereka belum mengenal
kertas seperti kertas
yang ada sekarang.
Perkataan “al
waraq” (daun) yang
digunakan dalam
mengatakan kertas pada
masa itu hanyalah pada
daun kayu saja. Kata “al
qirthas” digunakan oleh
mereka hanya merujuk
kepada benda-benda
(bahan-bahan) yang
mereka pergunakan
untuk ditulis seperti kulit
binatang, batu yang tipis
dan licin, pelepah tamar/
kurma, tulang binatang
dan sebagainya.
Setelah mereka
menaklukkan negeri
Persia, yaitu sesudah
wafatnya Nabi
Muhammad SAW barulah
mereka mengenal kertas.
Orang Persia menamakan
kertas itu sebagai
“ kaqhid”. Maka
digunakan kata itu untuk
kertas oleh bangsa Arab
Islam semenjak itu.
Sebelum Nabi Muhammad
atau semasa zaman Nabi
Muhammad kata
“kaqhid” itu tidak ada
digunakan di dalam
bahasa Arab, atau pun
dalam hadis-hadis Nabi.
Kemudian kata “al
qirthas” digunakan pula
oleh bangsa Arab Islam
ini kepada apa yang
dinamakan “kaqhid”
dalam bahasa Persia itu.
Kitab atau buku tentang
apapun juga belum ada
pada mereka. Kata-kata
“ kitab” di masa itu
hanyalah bermaksud
dalam bentuk seperti
sepotong kulit, batu atau
tulang dan sebagainya.
Begitu juga dalam arti
kata surat seperti pada
ayat 28 dari surah An
Naml di bawah.
“ Pergilah dengan surat
saya ini, maka
jatuhkanlah dia kepada
mereka.. ”
Begitu juga
“ kutub” (jama kitab)
yang dikirimkan oleh
Nabi Muhammad SAW
kepada raja-raja di
masanya untuk menyeru
mereka kepada Islam.
Walaupun kebanyakkan
bangsa Arab Islam pada
masa itu masih buta
huruf, namun mereka
mempunyai ingatan yang
sangat kuat. Pegangan
mereka dalam
memelihara dan
meriwayatkan syair-syair
dari pujangga-pujangga
dan penyair-penyair
mereka, ansab (silsilah
keturunan) mereka,
peperangan-peperangan
yang terjadi di antara
mereka, peristiwa-
peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat dan
kehidupan mereka tiap
hari dan lain-lain
sebagainya, adalah
kepada hafalan semata-
mata. Demikianlah
keadaan bangsa Arab di
waktu kedatangan Islam
itu. Maka dijalankan oleh
Nabi Muhammad SAW
suatu cara yang amali
(praktis) yang selaras
dengan keadaan itu
dalam menyiarkan Al
Quran dan
memeliharanya. Tiap-tiap
diturunkan ayat-ayat itu,
Nabi Muhammad SAW
menyuruh menghafalnya
dan menuliskannya di
batu, kulit binatang,
pelepah tamar dan apa
saja yang bisa disusun
dalam sesuatu surat. Nabi
Muhammad
menerangkan tertib urut
ayat-ayat itu. Nabi
Muhammad mengadakan
peraturan, yaitu Al Quran
sajalah yang boleh
dituliskan. Selain
daripada Al Quran, Hadis-
hadis atau pelajaran-
pelajaran yang mereka
dengar dari mulut Nabi
Muhammad dilarang
menuliskannya. Larangan
ini bermaksud supaya Al
Quran itu terpelihara,
jangan campur aduk
dengan yang lain-lain
yang juga didengar dari
Nabi Muhammad.
Nabi menganjurkan
supaya Al Quran itu
dihafal, selalu dibaca dan
diwajibkannya
membacanya dalam solat.
Maka dengan itu
banyaklah orang yang
hafal Al Quran. Surah
yang satu dihafal oleh
ribuan manusia dan
banyak yang hafal
seluruh Al Quran. Dalam
pada itu tidak ada satu
ayatpun yang tidak
dituliskan. Kepandaian
menulis dan membaca itu
amat dihargai dan
dianjurkan oleh Nabi
Muhammad sehingga
baginda bersabda, “Di
akhirat nanti tinta
ulama-ulama itu akan
ditimbang dengan darah
syuhada (orang-orang
yang mati syahid )” Hal ini
menunjukkan bahwa
beliau ridho akan
penulisan selain Al-Qur’an
setelah beliau wafat.
Maka tidaklah mengapa
penulisan Hadits, ilmu
fiqih, dan penulisan ilmu-
ilmu lainnya setelah
beliau SAW wafat.
Dalam peperangan Badar,
orang-orang musyrikin
yang ditawan oleh orang-
orang Islam, yang tidak
mampu menebus dirinya
dengan uang, tetapi
mempunyai pengetahuan
dalam menulis dan
membaca, masing-masing
diharuskan mengajar
sepuluh orang Muslim
agar dapat menulis dan
membaca sebagai ganti
tebusan. Di dalam Al
Quran pun banyak ayat-
ayat yang mengutarakan
penghargaan yang tinggi
terhadap huruf, pena dan
tulisan. Contohnya
seperti ayat di bawah,
“ Nun, demi pena dan apa
yang mereka
tuliskan. ” (QS. Al-Qalam:
1)
“ Bacalah, dan Tuhanmu
amat mulia. Yang telah
mengajar dengan pena.
Dia telah mengajarkan
kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. ” (QS.
Al-’Alaq: 3, 4 dan 5)
Karena itu bertambahlah
keinginan untuk belajar
menulis dan membaca di
kalangan orang-orang
muslim, dan semakin
bertambah banyaklah di
antara mereka yang
pandai menulis dan
membaca dan semakin
banyaklah orang yang
menuliskan ayat-ayat
yang telah diturunkan
itu. Nabi Muhammad
sendiri mempunyai
beberapa orang penulis
yang bertugas
menuliskan Al Quran
untuk baginda. Penulis-
penulis beliau yang
terkenal ialah Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan,
Ubay bin Ka ’ab, Zaid bin
Tsabit dan Mu’awiyah.
Shahabat yang terbanyak
menuliskannya ialah Zaid
bin Tsabit.
Dengan demikian, di
zaman Nabi Muhammad,
terdapat 3 unsur yang
tolong-menolong
memelihara Al Quran
yang telah diturunkan
itu:
1. Hafalan dari mereka
yang hafal Al-Quran.
2. Naskah-naskah Al-
Qur ’an yang ditulis atas
perintah Nabi
Muhammad.
3. Naskah-naskah yang
ditulis oleh mereka yang
pandai menulis dan
membaca untuk mereka
masing-masing.
Dalam pada itu, oleh Jibril
diadakan ulangan bacaan
sekali setahun. Di dalam
ulangan bacaan itu, Nabi
Muhammad disuruh
mengulang
memperdengarkan Al
Quran yang telah
diturunkan itu. Di tahun
baginda wafat, ulangan
bacaan itu diadakan oleh
Jibril dua kali. Nabi
Muhammad sendiri pun
sering pula mengadakan
ulangan bacaan itu
terhadap sahabat-
sahabatnya. Maka
sahabat-sahabat itu
disuruh oleh Nabi
Muhammad membacakan
atau memperdengarkan
Al Quran itu di
hadapannya. Ini untuk
menetapkan atau
memperbetulkan hafalan
atau bacaan mereka.
Ketika Nabi Muhammad
wafat, Al Quran itu telah
sempurna diturunkan dan
telah dihafal oleh ribuan
manusia, dan telah
dituliskan semua ayat-
ayatnya. Ayat-ayat dan
surah-surahnya telah
disusun menurut tertib
urut yang dipertunjukkan
sendiri oleh Nabi
Muhammad SAW. Mereka
telah mendengar Al
Quran itu dari mulut Nabi
Muhammad berkali-kali,
dalam solat, dalam
pidato-pidato baginda,
dalam pelajaran-
pelajaran dan lain-lain,
sebagaimana Nabi
Muhammad SAW sendiri
telah mendengar pula
dari mereka. Dalam
makna lain, Al Quran
adalah dijaga dan
terpelihara dengan baik,
dan Nabi Muhammad
telah mengadakan satu
kaidah yang amat praktis
untuk memelihara dan
menyiarkan Al Quran itu,
sesuai dengan keadaan
bangsa Arab Islam ketika
itu.
Al-Quran pada jaman
Rasulullah SAW.
Pengumpulan Al Quran
pada zaman Rasulullah
SAW ditempuh dengan
dua cara:
Pertama : al Jam’u fis
Sudur
Para sahabat langsung
menghafalnya diluar
kepala setiap kali
Rasulullah SAW menerima
wahyu. Hal ini bisa
dilakukan oleh mereka
dengan mudah terkait
dengan kultur (budaya)
orang arab yang menjaga
Turast (peninggalan
nenek moyang mereka
diantaranya berupa syair
atau cerita) dengan
media hafalan dan
mereka sangat masyhur
dengan kekuatan daya
hafalannya.
03 September jam 20:04 · Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam Kedua : al Jam’u fis
Suthur
Yaitu wahyu turun
kepada Rasulullah SAW
ketika beliau berumur 40
tahun yaitu 12 tahun
sebelum hijrah ke
madinah. Kemudian
wahyu terus menerus
turun selama kurun
waktu 23 tahun
berikutnya dimana
Rasulullah. SAW setiap
kali turun wahyu
kepadanya selalu
membacakannya kepada
para sahabat secara
langsung dan menyuruh
mereka untuk
menuliskannya sembari
melarang para sahabat
untuk menulis hadis-hadis
beliau karena khawatir
akan bercampur dengan
Al Quran. Rasul SAW
bersabda “Janganlah
kalian menulis sesuatu
dariku kecuali Al Quran,
barangsiapa yang menulis
sesuatu dariku selain Al
Quran maka hendaklah ia
menghapusnya ” (Hadist
dikeluarkan oleh Muslim
(pada Bab Zuhud hal dan
Ahmad (hal 1).
Biasanya sahabat
menuliskan Al Quran
pada media yang
terdapat pada waktu itu
berupa ar-Riqa ’ (kulit
binatang), al-Likhaf
(lempengan batu), al-
Aktaf (tulang binatang),
al-`Usbu ( pelepah
kurma). Sedangkan
jumlah sahabat yang
menulis Al Quran waktu
itu mencapai 40 orang.
Adapun hadis yang
menguatkan bahwa
penulisan Al Quran telah
terjadi pada masa
Rasulullah s.a.w. adalah
hadis yang di Takhrij
(dikeluarkan) oleh al-
Hakim dengan sanadnya
yang bersambung pada
Anas r.a., ia berkata:
“Suatu saat kita bersama
Rasulullah s.a.w. dan kita
menulis Al Quran
(mengumpulkan) pada
kulit binatang “.
Dari kebiasaan menulis Al
Quran ini menyebabkan
banyaknya naskah-
naskah (manuskrip) yang
dimiliki oleh masing-
masing penulis wahyu,
diantaranya yang
terkenal adalah: Ubay bin
Ka ’ab, Abdullah bin
Mas’ud, Mu’adz bin Jabal,
Zaid bin Tsabit dan Salin
bin Ma ’qal.
Adapun hal-hal yang lain
yang bisa menguatkan
bahwa telah terjadi
penulisan Al Quran pada
waktu itu adalah
Rasulullah SAW melarang
membawa tulisan Al
Quran ke wilayah musuh.
Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Janganlah
kalian membawa catatan
Al Quran ke wilayah
musuh, karena aku
merasa tidak aman
(khawatir) apabila
catatan Al Quran
tersebut jatuh ke tangan
mereka ”.
Kisah masuk islamnya
sahabat `Umar bin
Khattab r.a. yang
disebutkan dalam buku-
bukus sejarah bahwa
waktu itu `Umar
mendengar saudara
perempuannya yang
bernama Fatimah sedang
membaca awal surah
Thaha dari sebuah
catatan (manuskrip) Al
Quran kemudian `Umar
mendengar, meraihnya
kemudian memba-canya,
inilah yang menjadi sebab
ia mendapat hidayah dari
Allah sehingga ia masuk
islam.
Sepanjang hidup
Rasulullah s.a.w Al Quran
selalu ditulis bilamana
beliau mendapat wahyu
karena Al Quran
diturunkan tidak secara
sekaligus tetapi secara
bertahap.
Al-Quran pada zaman
Khalifah Abu Bakar as
Sidq
SEPENINGGAL Rasulullah
SAW, istrinya `Aisyah
menyimpan beberapa
naskah catatan
(manuskrip) Al Quran,
dan pada masa
pemerintahan Abu Bakar
r.a terjadilah Jam ’ul
Quran yaitu pengumpulan
naskahnaskah atau
manuskrip Al Quran yang
susunan surah-surahnya
menurut riwayat masih
berdasarkan pada
turunnya wahyu (hasbi
tartibin nuzul).
Imam Bukhari
meriwayatkan dalam
shahihnya sebab-sebab
yang melatarbelakangi
pengumpulan naskah-
naskah Al Quran yang
terjadi pada masa Abu
Bakar yaitu Atsar yang
diriwatkan dari Zaid bin
Tsabit r.a. yang berbunyi:
“Suatu ketika Abu bakar
menemuiku untuk
menceritakan perihal
korban pada perang
Yamamah , ternyata
Umar juga bersamanya.
Abu Bakar berkata : ”
Umar menghadap
kepadaku dan
mengatakan bahwa
korban yang gugur pada
perang Yamamah sangat
banyak khususnya dari
kalangan para penghafal
Al Quran, aku khawatir
kejadian serupa akan
menimpa para penghafal
Al Quran di beberapa
tempat sehingga suatu
saat tidak akan ada lagi
sahabat yang hafal Al
Quran, menurutku sudah
saatnya engkau wahai
khalifah memerintahkan
untuk mengumpul-kan Al
Quran, lalu aku berkata
kepada Umar : ”
bagaimana mungkin kita
melakukan sesuatu yang
tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah s. a. w. ?”
Umar menjawab: “Demi
Allah, ini adalah sebuah
kebaikan ”. Selanjutnya
Umar selalu saja
mendesakku untuk
melakukannya sehingga
Allah melapangkan
hatiku, maka aku setuju
dengan usul umar untuk
mengumpulkan Al Quran.
Zaid berkata: Abu bakar
berkata kepadaku :
“ engkau adalah seorang
pemuda yang cerdas dan
pintar, kami tidak
meragukan hal itu, dulu
engkau menulis wahyu (Al
Quran) untuk Rasulullah
s. a. w., maka sekarang
periksa dan telitilah Al
Quran lalu kumpulkanlah
menjadi sebuah mushaf ”.
Zaid berkata : “Demi
Allah, andaikata mereka
memerintahkan aku
untuk memindah salah
satu gunung tidak akan
lebih berat dariku dan
pada memerintahkan aku
untuk mengumpulkan Al
Quran. Kemudian aku
teliti Al Quran dan
mengumpulkannya dari
pelepah kurma,
lempengan batu, dan
hafalan para sahabat
yang lain).
Kemudian Mushaf hasil
pengumpulan Zaid
tersebut disimpan oleh
Abu Bakar, peristiwa
tersebut terjadi pada
tahun 12 H. Setelah ia
wafat disimpan oleh
khalifah sesudahnya yaitu
Umar, setelah ia pun
wafat mushaf tersebut
disimpan oleh putrinya
dan sekaligus istri
Rasulullah s.a.w. yang
bernama Hafsah binti
Umar r.a.
Semua sahabat sepakat
untuk memberikan
dukungan mereka secara
penuh terhadap apa yang
telah dilakukan oleh Abu
bakar berupa
mengumpulkan Al Quran
menjadi sebuah Mushaf.
Kemudian para sahabat
membantu meneliti
naskah-naskah Al Quran
dan menulisnya kembali.
Sahabat Ali bin Abi thalib
berkomentar atas
peristiwa yang bersejarah
ini dengan mengatakan :
” Orang yang paling
berjasa terhadap Mushaf
adalah Abu bakar,
semoga ia mendapat
rahmat Allah karena
ialah yang pertama kali
mengumpulkan Al Quran,
selain itu juga Abu
bakarlah yang pertama
kali menyebut Al Quran
sebagai Mushaf).
Menurut riwayat yang
lain orang yang pertama
kali menyebut Al Quran
sebagai Mushaf adalah
sahabat Salim bin Ma ’qil
pada tahun 12 H lewat
perkataannya yaitu :
“ Kami menyebut di
negara kami untuk
naskah-naskah atau
manuskrip Al Quran yang
dikumpulkan dan di
bundel sebagai MUSHAF ”
dari perkataan salim
inilah Abu bakar
mendapat inspirasi untuk
menamakan naskah-
naskah Al Quran yang
telah dikumpulkannya
sebagai al-Mushaf as
Syarif (kumpulan naskah
yang mulya). Dalam Al
Quran sendiri kata Suhuf
(naskah ; jama ’nya
Sahaif) tersebut 8 kali,
salah satunya adalah
firman Allah QS. Al
Bayyinah (98):2 ” Yaitu
seorang Rasul utusan
Allah yang membacakan
beberapa lembaran suci.
(Al Quran )”
Al-Quran pada jaman
khalifah Umar bin Khatab
Tidak ada perkembangan
yang signifikan terkait
dengan kodifikasi Al
Quran yang dilakukan
oleh khalifah kedua ini
selain melanjutkan apa
yang telah dicapai oleh
khalifah pertama yaitu
mengemban misi untuk
menyebarkan islam dan
mensosialisasikan sumber
utama ajarannya yaitu Al
Quran pada wilayah-
wilayah daulah islamiyah
baru yang berhasil
dikuasai dengan
mengirim para sahabat
yang kredibilitas serta
kapasitas ke-Al-Quranan-
nya bisa
dipertanggungjawabkan
Diantaranya adalah
Muadz bin Jabal, `Ubadah
bin Shamith dan Abu
Darda ’.
03 September jam 20:06 · Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam Al-Quran pada
jaman khalifah Usman bin
`Affan
Pada masa pemerintahan
Usman bin ‘Affan terjadi
perluasan wilayah islam
di luar Jazirah arab
sehingga menyebabkan
umat islam bukan hanya
terdiri dari bangsa arab
saja (’Ajamy). Kondisi ini
tentunya memiliki
dampak positif dan
negatif.
Salah satu dampaknya
adalah ketika mereka
membaca Al Quran,
karena bahasa asli
mereka bukan bahasa
arab. Fenomena ini di
tangkap dan ditanggapi
secara cerdas oleh salah
seorang sahabat yang
juga sebagai panglima
perang pasukan muslim
yang bernama Hudzaifah
bin al-yaman.
Imam Bukhari
meriwayatkan dari Anas
r.a. bahwa suatu saat
Hudzaifah yang pada
waktu itu memimpin
pasukan muslim untuk
wilayah Syam (sekarang
syiria) mendapat misi
untuk menaklukkan
Armenia, Azerbaijan (dulu
termasuk soviet) dan Iraq
menghadap Usman dan
menyampaikan
kepadanya atas realitas
yang terjadi dimana
terdapat perbedaan
bacaan Al Quran yang
mengarah kepada
perselisihan.
Ia berkata : “wahai
usman, cobalah lihat
rakyatmu, mereka
berselisih gara-gara
bacaan Al Quran, jangan
sampai mereka terus
menerus berselisih
sehingga menyerupai
kaum yahudi dan nasrani
“ .
Lalu Usman meminta
Hafsah meminjamkan
Mushaf yang di
pegangnya untuk disalin
oleh panitia yang telah
dibentuk oleh Usman
yang anggotanya terdiri
dari para sahabat
diantaranya Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Sa ’id bin al’Ash,
Abdurrahman bin al-Haris
dan lain-lain.
Kodifikasi dan penyalinan
kembali Mushaf Al Quran
ini terjadi pada tahun 25
H, Usman berpesan
apabila terjadi perbedaan
dalam pelafalan agar
mengacu pada Logat
bahasa suku Quraisy
karena Al Quran
diturunkan dengan
gaya bahasa mereka.
Setelah panitia selesai
menyalin mushaf, mushaf
Abu bakar dikembalikan
lagi kepada Hafsah.
Selanjutnya Usman
memerintahkan untuk
membakar setiap naskah-
naskah dan manuskrip Al
Quran selain Mushaf hasil
salinannya yang
berjumlah 6 Mushaf.
Mushaf hasil salinan
tersebut dikirimkan ke
kota-kota besar yaitu
Kufah, Basrah, Mesir,
Syam dan Yaman. Usman
menyimpan satu mushaf
untuk ia simpan di
Madinah yang
belakangan dikenal
sebagai Mushaf al-Imam.
Tindakan Usman untuk
menyalin dan
menyatukan Mushaf
berhasil meredam
perselisihan dikalangan
umat islam sehingga ia
manual pujian dari umat
islam baik dari dulu
sampai sekarang
sebagaimana khalifah
pendahulunya Abu bakar
yang telah berjasa
mengumpulkan Al Quran.
Adapun Tulisan yang
dipakai oleh panitia yang
dibentuk Usman untuk
menyalin Mushaf adalah
berpegang pada Rasm
alAnbath tanpa harakat
atau Syakl (tanda baca)
dan Nuqath (titik sebagai
pembeda huruf).
Tanda Yang
Mempermudah Membaca
Al-Quran[/b]
Sampai sekarang,
setidaknya masih ada
empat mushaf yang
disinyalir adalah salinan
mushaf hasil panitia yang
diketuai oleh Zaid bin
Tsabit pada masa
khalifah Usman bin Affan.
Mushaf pertama
ditemukan di
kota Tasyqand yang
tertulis dengan Khat
Kufy. Dulu sempat
dirampas oleh kekaisaran
Rusia pada tahun 1917 M
dan disimpan di
perpustakaan Pitsgard
(sekarang St.PitersBurg)
dan umat islam dilarang
untuk melihatnya.
Pada tahun yang sama
setelah kemenangan
komunis di Rusia, Lenin
memerintahkan untuk
memindahkan Mushaf
tersebut ke kota Opa
sampai tahun 1923 M.
Tapi setelah terbentuk
Organisasi Islam di
Tasyqand para
anggotanya meminta
kepada parlemen Rusia
agar Mushaf
dikembalikan lagi
ketempat asalnya yaitu di
Tasyqand (Uzbekistan,
negara di bagian asia
tengah).
Mushaf kedua terdapat di
Museum al Husainy di
kota Kairo mesir dan
Mushaf ketiga dan
keempat terdapat di
kota Istambul Turki.
Umat islam tetap
mempertahankan
keberadaan mushaf yang
asli apa adanya.
Sampai suatu saat ketika
umat islam sudah
terdapat hampir di semua
belahan dunia yang
terdiri dari berbagai
bangsa, suku, bahasa
yang berbeda-beda
sehingga memberikan
inspirasi kepada salah
seorang sahabat Ali bin
Abi Thalib yang menjadi
khalifah pada waktu itu
yang bernama Abul-
Aswad as-Dualy untuk
membuat tanda baca
(Nuqathu I ’rab) yang
berupa tanda titik.
Atas persetujuan dari
khalifah, akhirnya ia
membuat tanda baca
tersebut dan
membubuhkannya pada
mushaf. Adapun yang
mendorong Abul-Aswad
ad-Dualy membuat tanda
titik adalah riwayat dari
Ali r.a bahwa suatu
ketika Abul-Aswad
adDualy menjumpai
seseorang yang bukan
orang arab dan baru
masuk islam membaca
kasrah pada kata
“ Warasuulihi” yang
seharusnya dibaca
“ Warasuuluhu” yang
terdapat pada QS. At-
Taubah (9) 3 sehingga
bisa merusak makna.
Abul-Aswad ad-Dualy
menggunakan titik
bundar penuh yang
berwarna merah untuk
menandai fathah, kasrah,
Dhammah, Tanwin dan
menggunakan warna
hijau untuk menandai
Hamzah. Jika suatu kata
yang ditanwin
bersambung dengan kata
berikutnya yang
berawalan huruf Halq
(idzhar) maka ia
membubuhkan tanda titik
dua horizontal seperti
“ adzabun alim” dan
membubuhkan tanda titik
dua Vertikal untuk
menandai Idgham seperti
“ ghafurrur rahim”.
Adapun yang pertama
kali membuat Tanda Titik
untuk membedakan
huruf-huruf yang sama
karakternya (nuqathu
hart) adalah Nasr bin
Ashim (W. 89 H) atas
permintaan Hajjaj bin
Yusuf as-Tsaqafy, salah
seorang gubernur pada
masa Dinasti Daulah
Umayyah (40-95 H).
Sedangkan yang pertama
kali menggunakan tanda
Fathah, Kasrah,
Dhammah, Sukun, dan
Tasydid seperti yang-kita
kenal sekarang adalah al-
Khalil bin Ahmad al-
Farahidy (W.170 H) pada
abad ke II H.
Kemudian pada masa
Khalifah Al-Makmun,
para ulama selanjutnya
berijtihad untuk semakin
mempermudah orang
untuk membaca dan
menghafal Al Quran
khususnya bagi orang
selain arab dengan
menciptakan tanda-tanda
baca tajwid yang berupa
Isymam, Rum, dan Mad.
Sebagaimana mereka
juga membuat tanda
Lingkaran Bulat sebagai
pemisah ayat dan
mencamtumkan nomor
ayat, tanda-tanda waqaf
(berhenti membaca),
ibtida (memulai
membaca), menerangkan
identitas surah di awal
setiap surah yang terdiri
dari nama, tempat turun,
jumlah ayat, dan jumlah
‘ ain.
Tanda-tanda lain yang
dibubuhkan pada tulisan
Al Quran adalah Tajzi ’
yaitu tanda pemisah
antara satu Juz dengan
yang lainnya berupa kata
Juz dan diikuti dengan
penomorannya (misalnya,
al-Juz-utsalisu: untuk juz
3) dan tanda untuk
menunjukkan isi yang
berupa seperempat,
seperlima, sepersepuluh,
setengah Juz dan Juz itu
sendiri.
Sebelum ditemukan
mesin cetak, Al Quran
disalin dan diperbanyak
dari mushaf utsmani
dengan cara tulisan
tangan. Keadaan ini
berlangsung sampai abad
ke16 M. Ketika Eropa
menemukan mesin cetak
yang dapat digerakkan
(dipisah-pisahkan)
dicetaklah Al-Qur ’an
untuk pertama kali di
Hamburg, Jerman pada
tahun 1694 M.
Naskah tersebut
sepenuhnya dilengkapi
dengan tanda baca.
Adanya mesin cetak ini
semakin mempermudah
umat islam
memperbanyak mushaf Al
Quran. Mushaf Al Quran
yang pertama kali
dicetak oleh kalangan
umat islam sendiri adalah
mushaf edisi Malay
Usman yang dicetak pada
tahun 1787 dan
diterbitkan di St.
Pitersburg Rusia.
Kemudian diikuti oleh
percetakan lainnya,
seperti di
Kazan pada tahun 1828,
Persia Iran tahun 1838
dan Istambul tahun 1877.
Pada tahun 1858, seorang
Orientalis Jerman ,
Fluegel, menerbitkan Al
Quran yang dilengkapi
dengan pedoman yang
amat bermanfaat.
Sayangnya, terbitan Al
Quran yang dikenal
dengan edisi Fluegel ini
ternyata mengandung
cacat yang fatal karena
sistem penomoran ayat
tidak sesuai dengan
sistem yang digunakan
dalam mushaf standar.
Mulai Abad ke-20,
pencetakan Al Quran
dilakukan umat islam
sendiri. Pencetakannya
mendapat pengawasan
ketat dari para Ulama
untuk menghindari
timbulnya kesalahan
cetak.
Cetakan Al Quran yang
banyak dipergunakan di
dunia islam dewasa ini
adalah cetakan Mesir
yang juga dikenal dengan
edisi Raja Fuad karena
dialah yang
memprakarsainya. Edisi
ini ditulis berdasarkan
Qiraat Ashim riwayat
Hafs dan pertama kali
diterbitkan di Kairo pada
tahun 1344 H/ 1925 M.
Selanjutnya, pada tahun
1947 M untuk pertama
kalinya Al Quran dicetak
dengan tekhnik cetak
offset yang canggih dan
dengan memakai
huruf-huruf yang indah.
Pencetakan ini dilakukan
di Turki atas prakarsa
seorang ahli kaligrafi
turki yang terkemuka
Said Nursi.
03 September jam 20:07 · Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam Keaslian yang tak
dapat disangsikan lagi
telah memberi
kepada Qur-an suatu
kedudukan istimewa di
antara kitab-kitab
Suci, kedudukan itu
khusus bagi Qur-an, dan
tidak dibarengi
oleh Perjanjian lama dan
Perjanjian Baru. Dalam
dua bagian
pertama daripada buku
ini kita telah menjelaskan
perubahan-perubahan
yang terjadi dalam
Perjanjian Lama dan
empat Injil, sebelum Bibel
dapat kita baca dalam
keadaannya
sekarang. Qur-an tidak
begitu halnya, oleh
karena Qur-an
telah ditetapkan pada
zaman Nabi Muhammad,
dan kita akan
lihat bagaimana caranya
Qur-an itu ditetapkan
Perbedaan-perbedaan
yang memisahkan wahyu
terakhir daripada
kedua wahyu
sebelumnya, pada
pokoknya tidak terletak
dalam
"waktu turunnya" seperti
yang sering ditekankan
oleh
beberapa pengarang
yang tidak
memperhatikan hal-hal
yang
terjadi sebelum kitab suci
Yahudi Kristen
dibukukan, dan
hal-hal yang terjadi
sebelum pembukuan Qur-
an, mereka juga
tidak memperhatikan
bagaimana Qur-an itu
diwahyukan kepada
Nabi Muhammad.
Orang mengatakan
bahwa teks yang ada
pada abad VII Masehi
mempunyai kemungkinan
yang lebih besar untuk
dapat sampai
kepada kita tanpa
perubahan daripada teks
yang jauh lebih
tua daripada Qur-an
dengan perbedaan 15
abad. Kata-kata
tersebut adalah tepat,
akan tetapi tidak
memberi keterangan
yang cukup. Tetapi di
samping itu, keterangan
tersebut
diberikan untuk memberi
alasan kepada
perubahan-perubahan
teks kitab suci Yahudi
Kristen yang terjadi
selama
berabad-abad, dan bukan
untuk menekankan
bahwa teks Qur-an
itu karena lebih baru
daripada teks kitab suci
Yahudi
Kristen, lebih sedikit
mengandung
kemungkinan untuk
dirubah
oleh manusia.
Bagi Perjanjian Lama,
yang menjadi sebab
kekeliruan dan
kontradiksi yang
terdapat di dalamnya
adalah: banyaknya
pengarang sesuatu
riwayat, dan seringnya
teks-teks tersebut
ditinjau kembali dalam
periode-periode sebelum
lahirnya Nabi
Isa; mengenai empat Injil
yang tidak ada orang
dapat
mengatakan bahwa
kitab-kitab itu
mengandung kata-kata
Yesus
secara setia dan jujur
atau mengandung
riwayat tentang
perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan
realitas yang
sungguh-sungguh terjadi,
kita sudah melihat bahwa
redaksi-redaksi yang
bertubi-tubi
menyebabkan bahwa
teks-teks tersebut
kehilangan autentisitas.
Selain daripada
itu para penulis Injil tidak
merupakan saksi mata
terhadap
kehidupan Yesus.
Selain daripada itu kita
harus membedakan
antara Qur-an,
Wahyu tertulis, daripada
Hadits jami' kumpulan
riwayat,
tentang perbuatan dan
kata-kata Nabi
Muhammad. Beberapa
sahabat Nabi telah mulai
mengumpulkannya
segera setelah Nabi
Muhammad wafat. Dalam
hal ini, dapat saja terjadi
kesalahan-kesalahan
yang bersifat
kemanusiaan karena para
penghimpun Hadits
adalah manusia-manusia
biasa; akan tetapi
kumpulan-kumpulan
mereka itu kemudian
disoroti dengan tajam
oleh kritik yang sangat
serius, sehingga dalam
prakteknya,
orang lebih percaya
kepada dokumen yang
dikumpulkan orang,
lama setelah Nabi
Muhammad wafat.
Sebagaimana halnya
dengan teks-teks Injil,
Hadits mempunyai
autentisitas yang
berlainan, dari satu
pengumpul kepada
pengumpul yang lain.
Sebagaimana hal Injil, tak
ada sesuatu
Injil yang ditulis pada
waktu Yesus masih hidup
(karena
semuanya ditulis lama
sesudah Nabi Isa
meninggal) maka
kumpulan Hadits juga
dibukukan setelah (Nabi
Muhammad
meninggal).
Bagi Qur-an, keadaannya
berlainan. Teks Qur-an
atau Wahyu
itu dihafalkan oleh Nabi
dan para sahabatnya,
langsung
setelah wahyu diterima,
dan ditulis oleh beberapa
sahabat-sahabatnya yang
ditentukannya. Jadi, dari
permulaan,
Qur-an mempunyai dua
unsur autentisitas
tersebut, yang tidak
dimiliki Injil. Hal ini
berlangsung sampai
wafatnya Nabi
Muhammad. Penghafalan
Qur-an pada zaman
manusia sedikit
sekali yang dapat
menulis, memberikan
kelebihan jaminan yang
sangat besar pada waktu
pembukuan Qur-an
secara definitif,
dan disertai beberapa
regu untuk mengawasi
pembukuan
tersebut.
Wahyu Qur-an telah
disampaikan kepada Nabi
Muhammad oleh
malaikat Jibril, sedikit
demi sedikit selama lebih
dari 20
tahun. Wahyu yang
pertama adalah yang
sekarang merupakan
ayat-ayat pertama
daripada surat nomor 96.
Kemudian Wahyu
itu berhenti selama 3
tahun, dan mulai lagi
berdatangan
selama 20 tahun sampai
wafatnya Nabi
Muhammad pada tahun
632
M.; dapat dikatakan
bahwa turunnya Wahyu
berlangsung 10
tahun sebelum Hijrah
(622) dan 10 tahun lagi
sesudah Hijrah.
Wahyu yang pertama
diterima Nabi
Muhammad adalah
sebagai
berikut (Surat 96 ayat
1-5):
"Bacalah dengan
{menyebut) nama
Tuhanmu yang
menciptakan.
Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal
darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang
paling pemurah. Yang
mengajar (manusia)
dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."
Professor Hamidullah
mengatakan dalam
Pengantar yang dimuat
dalam terjemahan Qur-an
bahwa isi dari wahyu
pertama adalah
"penghargaan terhadap
kalam sebagai alat untuk
pengetahuan
manusia" dan dengan
begitu maka menjadi
jelas bagi kita
"perhatian Nabi
Muhammad untuk
menjaga kelangsungan
Qur-an
dengan tulisan."
Beberapa teks
menunjukkan secara
formal bahwa lama
sebelum
Nabi Muhammad
meninggalkan Mekah
untuk hijrah ke Madinah,
ayat-ayat Quran yang
telah diwahyukan kepada
Nabi Muhammad
sudah dituliskan. Kita
nanti akan mengetahui
bahwa Qur-an
membuktikan hal
tersebut.
Kita mengetahui bahwa
Nabi Muhammad dan
pengikut-pengikutnya
biasa menghafal teks-
teks yang telah
diwahyukan. Adalah
tidak masuk akal jika
Qur-an menyebutkan hal-
hal yang tidak
sesuai dengan realitas,
karena hal-hal itu mudah
dikontrol
disekeliling Muhammad
yakni oleh sahabat-
sahabat yang
mencatat Wahyu
tersebut.
Empat Surat Makiyah
(diturunkan sebelum
Hijrah) memberi
gambaran tentang
redaksi Qur-an sebelum
Nabi Muhammad
meninggalkan Mekah
pada tahun 622 M.
Surat 80 ayat 11-1 6:
"Sekali-kali jangan
(demikian), sesungguhnya
ajaran-ajaran
Tuhan itu adalah
peringatan, maka barang
siapa yang
menghendaki, tentulah ia
memperhatikan. Di dalam
kõtab-kitab
yang dimuliakan, yang
ditinggikan, lagi
disucikan. Di tangan
para penulis, yang mulia
lagi berbakti."
Yusuf Ali, dalam Terjemah
Qur-an yang ditulisnya
pada tahun
1936 mengatakan bahwa
pada waktu Surat
tersebut diwahyukan
sudah ada 42 atau 45
Surat yang beredar di
antara kaum
muslimin di Mekah
(Jumlah Surat-surat
dalam Qur-an adalah
114 Surat).
"Bahkan yang didustakan
mereka itu ialah al Qur-
an yang
mulia yang tersimpan
dalam Lauhul Mahfudz."
"Sesungguhnya Al Qur-an
ini adalah bacaan yang
sangat mulia
(yang terdapat) pada
kitab yang terpelihara
(Lauhul
Makfudz). Tidak
menyentuhnya kecuali
orang-orang yang
disucikan. Diturunkan
dari Tuhan semesta
alam."
"Dan mereka berkata
(lagi). Dongengan-
dongengan orang-orang
dahulu dimintanya supaya
dituliskan, maka
dibacakanlah
dongengan itu kepadanya
setiap pagi dan petang."
Ayat tersebut
menyinggung dakwaan
para lawan Nabi
Muhammad
yang menuduh bahwa
Muhammad adalah Nabi
palsu, mereka
menggambarkan bahwa
ada orang yang
mendiktekan sejarah
kuno
kepada Nabi Muhammad
dan Muhammad
menyuruh
sahabat-sahabatnya
untuk menulisnya.
Ayat tersebut
menyebutkan:
"Pencatatan dengan
tulisan" yang
didakwakan kepada
Muhammad oleh lawan-
lawannya.
Suatu Surat yang
diturunkan sesudah
Hijrah,
03 September jam 20:10 · Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam 2.kata kami sudah
kami jelaskan pada
pertanyaaan yang sudah
lalu, silahkan menyimak
kebabawah
03 September jam 20:12 · Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam 3.Surat al-Fatihah
yang merupakan surat
pertama dalam al-Quran
dan terdiri dari 7 ayat
adalah masuk kelompok
surat Makkiyyah, yakni
surat yang diturunkan
saat Nabi Muhammad di
kota Mekah.
Dinamakan al-Fatihah,
lantaran letaknya berada
pada urutan pertama dari
114 surat dalam al-Quran.
Para ulama bersepakat
bahwa surat yang
diturunkan lengkap ini
merupakan intisari dari
seluruh kandungan al-
Quran yang kemudian
dirinci oleh surat-surat
sesudahnya.
Tema-tema besar al-
Quran seperti masalah
tauhid, keimanan, janji
dan kabar gembira bagi
orang beriman, ancaman
dan peringatan bagi
orang-orang kafir serta
pelaku kejahatan,
tentang ibadah, kisah
orang-orang yang
beruntung karena taat
kepada Allah dan
sengsara karena
mengingkari-Nya, semua
itu tercermin dalam
ekstrak surat al-Fatihah.
Berikut terjemah surat
pembuka itu (1) Dengan
nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha
Penyayang (2) Segala puji
bagi Allah, Tuhan
semesta alam (3) Maha
Pemurah lagi Maha
Penyayang (4) Yang
menguasai hari
pemabalasan (5) Hanya
kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan (6)
Tunjukilah kami ke jalan
yang lurus (7) Yaitu jalan
orang-orang yang Engkau
anugerahkan nikmat
kepada mereka, bukan
jalan mereka yang
dimurkai dan bukan pula
jalan mereka yang sesat.
Menurut al-Qurtubhi
(bukan pengamat migas
lho), surat al-Fatihah
memiliki 12 nama, yakni
al-salah (salat, doa),
fatihatul kitab (induk
alkitab), ummul kitab
(induk al-Quran), al-
matsani (berulang-ulang),
al-quranul ‘azhim (al-
Quran yang agung), asy-
syifa (penawar, obat,
penyembuh), ar-ruqyah
(rukyah), al-asas
(fondasi), al-wafiyah
(yang menyeluruh,
komprehensif), al-kafiyah
(yang sempurna) dan al-
fatihah (pembuka).
Mengenai asbabun nuzul
(sebab-sebab turunnya)
surat al-Fatihah,
sebagaimana diriwatkan
oleh Ali bin Abi Tholib
(mantu Rosulullah
Muhammad saw: “Surat
al-Fatihah turun di
Mekah dari
perbendaharaan di
bawah ‘arsy’”
Riwayat lain menyatakan,
Amr bin Shalih bertutur
kepada kami: “Ayahku
bertutur kepadaku, dari
al-Kalbi, dari Abu Salih,
dari Ibnu Abbas, ia
berkata: “Nabi berdiri di
Mekah, lalu beliau
membaca, Dengan
menyebut nama Allah
yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang, Segala
puji bagi Allah Tuhan
Semesta Alam. Kemudian
orang-orang Quraisy
mengatakan, “Semoga
Allah menghancurkan
mulutmu (atau kalimat
senada). ”
Dari Abu Hurairah, ia
berkata, “Rosulullah saw.
bersabda saat Ubai bin
Ka ’ab membacakan
Ummul Quran pada
beliau, “Demi zat yang
jiwaku ada di tangan-
Nya, Allah tidak
menurunkan semisal
surat ini di dalam Taurat,
Injil, Zabur dan al-Quran.
Sesungguhnya surat ini
adalah as-sab’ul matsani
(tujuh kalimat pujian) dan
al-Quran al- ’Azhim yang
diberikan kepadaku.”
Lantas apa saja
keutamaan-keutamaan
surat al-Fatihah? Paling
tidak ada lima
keutamaan surat
pembuka ini sebagaimana
dikatakan Rosulullah saw.
Pertama, al-Fatihah
adalah surat yang paling
utama. Dari Anas bin
Malik ra. berkata:
Tatkala Nabi saw dalam
sebuah perjalanan lalu
turun dari kendaraannya,
turun pula seorang lelaki
di samping beliau. Lalu
Nabi menoleh ke arah
lelaki tersebut kemudian
berkata: “Maukah kamu
aku beritahukan surat
yang paling utama di
dalam al-Quran? Anas
berkata: Kemudian Nabi
saw membacakan ayat
‘ segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam.’
Kedua, al-Fatihah dapat
digunakan untuk
meruqyah. Dari Abi Sa ’id
al-Khudry dan Abu
Hurairah ra (keduanya)
berkata: “Rosulullah saw
bersabda, surat pembuka
al-Kitab dapat
menyembuhkan dan
menawarkan racun. ”
Ketiga, mengucapkan
amin akan menghapus
dosa-dosa. Dari Abu
Hurairah ra.,
Sesungguhnya Nabi saw
bersabda: “Jika imam
mengucapkan ‘ghoiril
magdhubi ‘alaihim
waladh dhallin’, maka
sambutlah dengan
ucapan ‘amin’, karena
para malaikatpun
mengucapkan ‘amin’ dan
sesungguhnya imampun
mengucapkan ‘amin’
pula. Maka barang siapa
yang ucapan ‘amin’-nya
sesuai dengan ucapan
malaikat, akan diampuni
dosa-dosanya yang
terdahulu.
Keempat, tanpa al-
Fatihah salat akan tidak
sempurna. Dari A’isyah
ra. berkata: Aku
mendengar Rosulullah
saw. bersabda: “Setiap
salat yang tidak
membaca surat al-
Fatihah maka salatnya
tergolong khaddaj (tidak
sempurna). ”
Kelima, al-Fatihah adalah
induk al-Quran. Dari Abu
Hurairah ra., Rosulullah
bersabda: Induk al-Quran
adalah tujuh ayat yang
berulang dan al-Quran
yang agung.”
Bey Arifin, pengarang
buku ‘Samudera al-
Fatihah’ menyatakan,
surat ini tak hanya
lengkap, tapi juga
komprehensif. Sehingga
pantas bila dikatakan
surat ini sebagai
ekstraknya al-Quran.
Dikatakan ekstrak,
karena di dalamnya ada
ulasan lengkap yang
detilnya bertebaran pada
113 surat lannya.
Kelengkapan itu
tercermin dari penjelasan
soal Allah dan sifatnya,
manusia dengan segala
sifatnya, dan tempat
manusia atas segala
pilihan-pilihan sifat itu.

Senin, 27 Desember 2010

ALLOH MENJAGA ALQUR'AN APAKAH MASHABNYA ATAUKAH ISINYA.??

Al-Imam al-Tabari
r.h dalam mentafsirkan
ayat ini berkata :
“ dan sesungguhnya Kami
memelihara al-Qur’an
daripada ditambah
dalamnya perkara batil
yang bukan daripadanya
atau dikurangkan apa
yang ada dalamnya
daripada hukum-hukum,
had-had, dan kewajipan-
kewajipan ”. [Tafsir al-
Tabari, 17/68].
Oleh itu, Ahli Sunnah wal
Jamaah menetapkan
dalam akidah mereka :
: “dan Ahli Sunnah wal
Jamaah mengkafirkan
sesiapa yang mengingkari
satu huruf daripadanya
(yakni al-Qur ’an) atau
menambah padanya atau
mengurang daripadanya
kerana kita beriman
dengan yakin bahawa
setiap ayat daripada
ayat-ayat al-Qur ’an
diturunkan daripada
Allah dan diriwayatkan
kepada kita dengan jalan
mutawatir ”. [al-Wajiz fi
Aqidatis Salaf al-Soleh,
1/61].
Bahkan, terpeliharanya
al-Qur ’an adalah
termasuk dhahruriat
(perkara paling asas)
dalam akidah Islam
sekaliannya. Al-Qur ’an
diturunkan beransur-
ansur dan ditulis
semenjak zaman Nabi
s.a.w dengan arahan dan
kawalan baginda s.a.w
kemudian dikumpul pada
zaman Abu Bakar al-
Siddiq r.a dalam mushaf
dengan ijmak Sahabat.
Pada Zaman Usman bin
Affan Zun Nurain r.a, al-
Qur ’an dikumpul atas
satu huruf.
isinya yang terpelihara.
wallohu'alam

Minggu, 26 Desember 2010

UNTUK MENDAPAT GELAR AL-HAFIDH APAKAH HARUS MENGHAFAL HADITS JUGA.??

Orang yg mahir membaca
Al-Qur ’an maka pada hari
kiamat akan di
kumpulkan bersama
rombongan malaikat yg
mulia. Sedangkan bagi
orang yg terbata-bata
dalam membacanya akan
mendapatkan dua pahala
yaitu pahala dia
membaca Al-Qur ’an dan
pahala kesungguhan
dalam membacanya dgn
baik dan benar.Al-Qur ’an
akan datang pada hari
kiamat sebagai pemberi
syafa ’at bagi orang yg
membacanya dan
mengamalkannya.
Bahkan Al-Qur ’an akan
menjadi pelindung
baginya dari adzab Allah
Ta ’ala di dunia maupun
akhirat. Sehingga di
katakan orang yg
mempelajari Al-Qur ’an
akan mengamalkannya
sebagai sebaik-baik
manusia krn Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :“Sebaik-
baik orang di antara
kalian adl orang yg
mempelajari Al-Qur ’an
dan
mengajarkannya.” .Tetapi
kebaikan keutamaan dan
pahala tersebut tidak
dapat di rasakan kecuali
orang-orang yg diberi
taufik dan hidayah Allah
Ta ’ala agar mau beriman
kepadanya membaca
mempelajarinya dan
mampu
mengaplikasikannya.
Adapun orang yg ingkar
terhadapnya tidak mau
beriman kepadanya tidak
mau membaca maupun
mempelajarinya apalagi
mengamalkannya maka
sekali-kali dia tidak akan
merasakan manfaat
sedikitpun. Bahkan Al-
Qur ’an akan menjadi
sebab di hinakan dan di
sesatkannya orang
tersebut dan akan
menjadi hujjah di
hadapan Allah Ta ’ala utk
menyiksakan pada hari
kiamat.
Al-hadits didefinisikan
oleh pada umumnya
ulama --seperti definisi
Al-Sunnah-- sebagai
"Segala sesuatu yang
dinisbahkan kepada
Muhammad saw., baik
ucapan, perbuatan dan
taqrir (ketetapan),
maupun sifat fisik dan
psikis, baik sebelum
beliau menjadi nabi
maupun sesudahnya."
Ulama ushul fiqh,
membatasi pengertian
hadis hanya pada
"ucapan-ucapan Nabi
Muhammad saw. yang
berkaitan dengan
hukum"; sedangkan bila
mencakup pula
perbuatan dan taqrir
beliau yang berkaitan
dengan hukum,maka
ketiga hal ini mereka
namai Al-Sunnah.
Pengertian hadis seperti
yang dikemukakan oleh
ulama ushul tersebut,
dapat dikatakan sebagai
bagian dari wahyu Allah
SWT yang tidak berbeda
dari segi kewajiban
menaatinya dengan
ketetapan-ketetapan
hukum yang bersumber
dari wahyu
Al-Quran.
bagus kalau anda mau
menghapal al-qur'an .
tapi yang terpenting
adalah mengamalkan
alqur'an dan hadist.
untuk melaksanakan
kehidupan sehari-hari.
Gelar kemasyarakatan
Gelar ini pun bermacam-
macam, sebagai contoh
Gus, Haji, Raden, Ustadz,
Kyai, Syaikh, Ajengan,
Tuan Guru, Tengku,
al-‘Âlim, al-‘Allâmah, al-
Fâdhil, al-Faqîh, al-Hâfizh
dan sebagainya.
Apakah kita
mencantumkan gelar
sebagai informasi bagi
orang lain bahwa kita
dapat
mempertanggungjawabkan
semua tulisan atau
perkataan kita?
Ataukah kita
mencantumkan gelar
agar orang lain tahu
bahwa kita pintar,
canggih dan hebat? Agar
orang lain mengerti
bahwa status dan strata
sosial kita begitu tinggi?
Agar orang lain tidak
menganggap kita remeh
dan sekaligus harus
menghormati kita?
Bukankah kita tak 'kan
pernah melupakan sabda
Nabi Muhammad saw.
yang begitu sering
dituturkan?
Sesungguhnya segala
amal itu tergantung dari
niatnya dan
sesungguhnya seseorang
akan mendapatkan hasil
sesuai dengan apa yang
diniatkannya. (Muttafaq
‘alayh)
KH. Muchit Murtadlo
(Surabaya) dan KH.
Masrihan (Mojokerto)
pernah menasihatkan
bahwa seorang kyai tidak
boleh menggunakan ke-
kyai-annya untuk
kepentingan duniawi
(pribadi). Misal, seorang
kyai berkata kepada
santrinya, “Tolong
belikan nasi goreng, ya
nak … Bilang saja Pak
Kyai yang pesan, biar
tidak perlu antri …”
Perintah tersebut tak
elok didengar, apalagi
dilaksanakan. Seorang
kyai tak selayaknya
menyuruh santri berbuat
demikian, walaupun bagi
sebagian orang hal ini
termasuk kategori wajar
dan lumrah. Kenapa?
Karena kita seharusnya
tidak memandang diri
kita tinggi, apalagi minta
diperlakukan lebih.jadi
jangan menhafal alqur'an
agar di sebut alhafiz.
wallohu'alam

BENARKAH BACA AL-MULK SEBELUM TIDUR DAPAT MENJAGA KEHANCURAN JASAD KITA.??

Rabu, 22 Desember 2010

JIKA AL-QUR'AN BENAR, KENAPA DI TURUNKAN KITAB LAINNYA.??

Alqur'an surat Al
baqarah ayat 62 :
"sesungguhnya orang-
orang mu'min, orang-
orang Yahudi, orang-
orang nashrani dan
orang-orang shabi'in,
siapa saja diantara
mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah,
hari kemudian dan
beramal shaleh , mereka
akan menerima pahala
dari Tuhan mereka, tidak
ada kekhawatiran
terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka
bersedih hati ….."
Ayat ini jelas
menggambarkan, bahwa
Allah mengutus seorang
Nabi (yang diturunkan
setiap kurun), yang
membawa berita wahyu
dari Tuhannya berupa
syariat agama yaitu kitab
suci, misalnya Taurat
yang diturunkan kepada
Nabi Musa untuk kaum
Yahudi ( Israel), Injil
kepada Nabi Isa As, Zabur
kepada Nabi Dawud dan
Alqur'an kepada Nabi
Muhammad Saw …..dan
apabila mereka
menjalankan syariat itu
(menurut kitab yang
diturunkan saat itu)
dengan benar maka
mereka akan
mendapatkan pahala dan
ketenangan sehingga
tidak merasakan
kekhawatiran dan
bersedih hati …..
Syariat agama-agama
terdahulu merupakan
bukti adanya kebenaran,
dan itu digambarkan oleh
Alqur'an ..bahwa Alqur'an
merupakan kitab
pembenaran agama-
agama sebelumnya dan
meluruskan prinsip-
prinsip yang telah
diselewengkan oleh para
pendeta atau rahib
sesudahnya…..Allah
berfirman : "Dia
menurunkan Al kitab
(Alqur'an) kepadamu
dengan sebenarnya,
membenarkan kitab yang
telah diturunkan
sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan
Injil "( QS. Ali Imran :3 ).
Alqur'an adalah potret
peristiwa-peristiwa
(koleodoskop) yang
pernah terjadi sebelum
Muhammad. Allah
memberitakan kepada
generasi sesudah Nabi-
Nabi terdahulu …, untuk
meneruskan ajaran
tauhid yang sudah tidak
murni lagi, dan
meluruskan naskah-
naskah yang sudah
tercampur dengan
pikiran-pikiran manusia.
Hal ini terbukti dari
adanya kitab-kitab yang
tidak asli bahasa
induknya (karena naskah
aslinya sudah hilang, atau
tidak pernah dituliskan
pada masa itu) seperti
contohnya kitab injil,
dimana kitab itu baru
ditulis pada pertengahan
abad II M, atau lebih
tepat lagi sesudah 140
tahun kematian Yesus.
Pengarang-pengarang
atau penulis injil-nya
adalah Matius , Markus ,
Lukas dan Yahya.
Injil yang kemudian
menjadi resmi atau
kanonik, baru diketahui
lama sesudah itu,
meskipun redaksinya
sudah selesai pada
permulaan abad II.
Menurut terjemahan
ekumenik, orang mulai
menyebutkan riwayat-
riwayat injil mulai
pertengahan abad II,
akan tetapi selalu sukar
untuk menetapkan,
apakah riwayat-riwayat
itu disebutkan menurut
teks tertulis atau hanya
menurut ingatan-ingatan
fragmen dari tradisi lisan.
Sebelum tahun 140 tak
ada bukti-bukti bahwa
ada orang yang
mengetahui tentang
kumpulan-kumpulan
fasal-fasal injil.
Pada masa Nabi Adam
dimana peradaban
manusia saat itu adalah
sangat primitif jika
dibandingkan dengan
masa kita sekarang,
wahyu turun kepada
Adam dengan perangkat
yang sangat sederhana …
tidak ada hukum politik,
tidak ada hukum rajam,
tidak ada hukum waris,
tidak ada hukum jual beli
dan tidak ada hukum
perang dll …Tuhan
berfirman dengan bahasa
setempat dan disesuaikan
dengan keadaan
zamannya … kemudian
berkembanglah
peradaban manusia …
seiring dengan itu turun
pula wahyu-wahyu Tuhan
kepada peradaban yang
baru itu dengan
menurunkan ketetapan-
ketetapan hukum agar
manusia tidak saling
menghancurkan
… ..keadaan ini terus
berlanjut sampai kepada
Nabi yang paling populer
karena perlawanannya
terhadap kedzaliman
Raja fir'aun yang
mengaku sebagai Tuhan
serta kekejamannya yang
tidak memiliki
perikemanusiaan …. Hal
ini dicatat di dalam
sejarah agama-agama
langit ….bahwa Musa
adalah lambang
kepahlawanan, yang
memiliki jiwa yang keras ,
teguh tanpa mengenal
menyerah , keteguhannya
teruji karena Ia
bersandar kepada Allah
… .sekaligus kemenangan
tauhid yang paling besar
… . karena kalau dilihat
dengan kenyataan,
perangkat Musa di dalam
menghadapi Raja Fir'aun
tidaklah masuk akal
karena hanya terdiri dari
peralatan yang sangat
sederhana dengan
kekuatan pasukan yang
sangat sedikit …
dibandingkan dengan
Fir'aun yang banyak
memiliki kekuatan
pasukan terlatih dan
harta yang melimpah
serta pendukungnya yang
setia……apalah artinya
Musa, lidahnya yang
cacat sejak kecil
menyebabkan ia tidak
bisa berbicara dengan
fasih, Ia bukanlah
seorang orator ulung
yang mampu membakar
emosi masa …. dan Allah
mengutus saudara
sepupunya Harun, untuk
mendampingi di dalam
menghadapi ummat dan
menyampaikan wahyu
yang diturunkan kepada
Musa as (sebagai juru
bicara)
Musa dihadapkan kepada
dua persoalan, yaitu
persoalan kedhaliman
Raja Fir'aun dan
kekeraskepalaan kaum
Yahudi yang selalu tidak
puas atas pertolongan
Allah..Dan Nabi Musa
meyakinkan kepada
Ummatnya bahwa Allah
selalu bersamanya di
dalam kesempitan
(kesulitan), yaitu ketika
dikejar kaum kafir
sampai diperbatasan laut,
dimana akal orang-orang
Israel sudah tidak bisa
berbuat banyak untuk
melepaskan dari vonis
maut yang telah berada
didepan matanya …lalu
Allah berfirman kepada
Musa pukulkan
tongkatmu ke laut …
maka terbelahlah lautan
bebas itu, sehingga kaum
Israel bisa berjalan
melalui dasar lautan
sampai ke ujung pulau
diseberang sana
….kemudian Allah
menenggelamkan fir'aun
dan pasukannya ketika
mereka mengikuti
rombongan kaum Nabi
Musa sebelum mereka
sempat menangkapnya
….Inilah kisah yang
menggambarkan kepada
manusia bahwa sebesar
apapun kekuatan itu jika
dibandingkan dengan
kekuasaan Allah tidak
akan mampu menataki
sedikitpun. Hal ini telah
dibuktikan oleh Nabi
Musa kepada kaumnya
yang sering membantah
perintahnya. Kalau
kejadian diatas kita
simpulkan, kita dapat
melihat bahwa nabi Musa
mengajarkan sesuatu
yang sangat simple, yaitu
bersandar kepada Allah
(bertauhid) adanya Dzat
Allah yang selalu
melindungi hambanya
yang mendekat
(bergantung ) …inilah
misi setiap Nabi
diturunkan , yaitu
mengabarkan tentang
kebenaran Allah …bukan
kebenaran manusia atau
suatu bangsa .
07 November jam 11:23 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Kemudian ajaran
Nabi Musa ini memudar
setelah serangkaian
cerita israiliyat lebih
menonjol ketimbang
ajaran tauhidnya. Timbul
kebanggaan bahwa
orang-orang Israel adalah
kaum pilihan Tuhan yang
selalu disayang Tuhan
… .Israel adalah kaum
yang beradab dan
berderajat tinggi ….Sikap
ini bertambah laun
bertambah menyesatkan
kaum Israel karena
kebanggaan terhadap
ras, sehingga
menuhankan dirinya
sendiri Keadaan ini
menjadi sangat
memprihatinkan sehingga
turun Roh Kudus (Isa Al
masih) untuk
menertibkan keadaan
yang kacau balau …
dengan konsep kasih
sayang ….Allah
menunjukkan kesaksian
atas kaum Israel yang
congkak agar melihat
bahwa kekuasaan itu
turun dari Allah bukan
dari dirinya sendiri …
kehebatan Musa itu
berasal dari Allah. karena
Musa adalah salah satu
diantara hamba Tuhan
yang berpendirian kokoh
bahwa Allah adalah
segala-segalanya …..
( bahwa Nabi Musa
adalah hamba yang selalu
berharap dan bergantung
kepada Allah semata)
Sudah menjadi tabiat
manusia , jika kebenaran
itu muncul kepada kita
atau manusia lainnya ,
kadang kita sering
melupakan dari mana
sebenarnya kebenaran
itu berasal. Kita menjadi
angkuh tatkala sudah
mendapatkan rezki yang
banyak dan kaya raya,
kita mengatakan akulah
yang paling hebat dari
pada kalian yang miskin.
Begitupun orang yang
pandai atau yang
kuat ..dia berkata akulah
yang paling hebat dan
kuat ..sehingga
melupakan kekuatan itu
berasal dari Allah ….Hal
ini dialami orang atau
bangsa-bangsa yang
pernah menjadi masyhur
karena pertolongan Allah
seperti kaum Yahudi yang
tertindas oleh Fir'aun,
ketika mereka telah
menjadi orang yang
terhormat mereka lantas
melupakan Tuhannya …
malah mengagumi
bangsanya yang hebat,
yang mampu
mengalahkan Fir'aun …
serta mampu menghadapi
rintangan sesulit
apapun ..Euphoria yang
berlebihan itu
menyebabkan kaum
Yahudi menjadi bangsa
yang congkak dan keras
kepala sampai kini.
Allah menurunkan Nabi
Isa untuk membuktikan
kekuasaan itu berasal
dari Allah bukan dari
suatu kaum atau
manusia. Yesus
merupakan bukti
kebenaran hakiki melalui
mukjizat dari Allah atas
kelahirannya yang tidak
berbapak,
menyembuhkan orang
yang sakit,
menghidupkan orang
mati, menyembuhkan
orang sakit kusta, dan
orang buta ….
Keadaan ini
menyebabkan orang-
orang Yahudi tidak
menerima kehadirannya,
karena akan mengancam
eksistensinya sebagai
kaum yang terbaik yaitu
kaumnya Nabi Musa sang
perkasa ….. mereka tidak
mengakui Isa (Yesus)
sebagai Rasul Tuhan
… .Nabi Isa turun untuk
menyatakan bahwa Allah
adalah Esa, seluruh langit
dan bumi adalah sebagian
dari kerajaan Allah yang
di kuasai-Nya ….artinya,
Yesus datang hanyalah
untuk memberitakan
adanya Allah yang Maha
kuasa dan menyampaikan
bahwa dirinya telah
diutus sebagai Rasul
untuk meneruskan ajaran
Tuhan yang telah
disampaikan oleh
pendahulunya yaitu Nabi
Musa, yang hanya
menerima ajaran the ten
comandement, yang
seharusnya berkembang
sesuai dengan
perkembangan
peradaban manusia.
Sebab manusia adalah
makhluk yang dinamis.
Kebencian terhadap
Yesus menyebabkan
Yesus harus menerima
perlakuan yang tidak
baik dari kaum Yahudi.
Perlakuan Yahudi
terhadap kekasih Allah
ini membuat pengikut
Yesus sedih dan hampir
tidak percaya hal itu
terjadi kepada orang
yang sangat dikasihi
Allah . hal ini pernah di
alami oleh pendahulu
Yesus yaitu Nabi Zakariya
yang mati digergaji oleh
kaum kafir , juga Nabi-
Nabi sebelumnya telah
banyak Mati terbunuh.
Bagi orang Israel, hal ini
tidak boleh terjadi
karena manusia suci itu
tidak mungkin mati
terbunuh, apalagi
kematiannya seperti
terhinakan di gantungan
kayu salib atau digergaji.
Sehingga mereka
beranggapan bahwa
Yesus sedang dipanggil
Allah, sebagai penebus
dosa bagi kaum Israel.
Pendapat ini berkembang
menjadi bahwa Yesus
adalah anak Allah
….sampai sekarang …
Penyebutan Tuhan
kepada orang-orang suci
seperti kepada Nabi Isa
telah ada sejak
peradaban manusia itu
berkembang …(sebelum
Masehi) ,seperti terjadi
kepada Sri Krishna, Sang
Budha Sidharta Gautama,
Raja Fir'aun , Uzair,
Hercules dll .
Kepercayaan itu muncul
setelah melihat
kelebihan-kelebihan yang
luar biasa (berupa
mukjizat) dan kharisma
sang pemimpin, lantas
mengalami kekecewaan
yang maha hebat setelah
terjadi peristiwa yang
mustahil dilakukan orang
lain terjadapnya.
Kepercayaan tersebut
masih bercampur dengan
cerita-cerita yunani kuno
yang menggambarkan
tentang Tuhan
sebagaimana manusia,
berbapak, beribu,
beranak, bersaudara dll
Kekecewaan semacam ini
hampir saja terjadi
kepada Nabi Muhammad
ketika wafatnya ….
Waktu itu Umar bin
Khatthab berkeliling
kampung sambil
berteriak mengatakan,
siapa yang mengatakan
Muhammad itu mati !!
tiba-tiba suasana terasa
mencekam … karena
takut akan terjadi apa-
apa. Abu Bakar berkata :
"siapa yang menyembah
Muhammad,
sesungguhnya
Muhammad telah Mati !!"
Perkataan Abu bakar
yang lembut dan tegas ini
membuat jantung Umar
bin Khattab seakan
berhenti sesaat ..lalu
merontokkan emosinya
yang bergelegak …dan
Umarpun sadar …..bahwa
Rasulullah pernah
bersabda : Janganlah
kalian seperti orang-
orang Nasrani yang
mengagungkan Isa
dengan sangat berlebihan

ianggap Tuhan berada di
dalam dirinya. Tradisi
kuno ini masih
mempengaruhi ummat
Yesus yang
ditinggalkannya ... …
sampai sekarang .
07 November jam 11:25 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Di Indonesia, ada
sebagian orang Jawa di
pedesaan menganggap
Mantan Presiden RI-1
Soekarno itu belum
meninggal, bahkan sering
muncul di daerah asal
kelahirannya (Blitar) atau
kadang ia berada di
Istana Bogor (benar
tidaknya wallahu a'lam).
Di daerah Jawa Barat,
Prabu Siliwangi (Raja
Pajajaran) dianggap
masih hidup sampai
sekarang (di Istana
Bogor) yang hal ini
bermula karena beliau
adalah Raja yang sangat
dikagumi oleh rakyatnya
ditanah Pasundan, namun
dengan terpaksa ia harus
menyerah kalah dengan
kerajaan Islam di Jawa.
Pengikut Prabu Siliwangi
tidak dapat menerima
kenyataan tersebut dan
menganggap beliau
bukan/tidak mati tetapi
hanya Muksa (Masuk ke
alam Ghaib) dan
menjelma sebagai
Harimau. Mitos itu
sampai sekarang masih
melekat pada sebagian
masyarakat Pasundan
(Jawa Barat)
Kisah Yesus dianggap
Tuhan oleh ummatnya,
sebenarnya telah banyak
terjadi semenjak kaum
primitif kesulitan
mengungkapkan masalah
wujud Tuhan. Sehingga
dengan sangat sederhana
membuat sarana-sarana
yang memudahkan
pikirannya tertuju
kepada objek Tuhan yang
tidak tampak (Ghaib).
Sehingga ia
menggambarkan tentang
Tuhan kepada apa yang
dipikirkan (konsepsi
manusia) dengan sesuatu
yang sangat besar dan
menakutkan atau
berwibawa .
Konsepsi primitif ini
sangat sederhana dan
mudah mencari
padanannya dalam
pengungkapannya,
misalnya dengan
membuat patung-patung
besar dengan wajah yang
menakutkan, gunung
yang paling tinggi seperti
Gunung Fuji di Jepang,
Gunung Maha Meru di
India atau Sungai yang
sangat besar seperti
Gangga …. Dengan
mengungkapkan keadaan
atau melambangkan sifat
ketuhanan .Umat Hindu
menggambarkan sifat
Tuhan Yang Maha
Pencipta dengan wajah
seorang Yang Arif dan
bertangan banyak,dan
ungkapan bahwa Tuhan
adalah Sang Perusak
digambarkan dengan
wajah yang menakutkan
dan sangar, atau Sang
Pemelihara digambarkan
dengan wajah yang teduh
dan menyenangkan.
Semuanya terwujud
dalam tiga sifat tetapi
satu, yaitu TRIMURTI
terdiri dari Brahmana,
Siwa, dan Wisnu. Semua
itu adalah sifat Tuhan
Yang Maha Esa (Sang
Hyang Widi Wasa) yaitu
Brahman Yang Agung,
yang tidak berupa, tidak
laki-laki atau perempuan,
tidak bisa dibayangkan
dengan pikiran dan tidak
sama dengan makhluknya
terangkum dalam mantra
suci "AUM" yang berarti
tidak mampu seluruh
kata menggambarkan-
Nya, dari terbukanya
mulut( Aa) sampai
terkatupnya mulut.(Um)
Demikan juga ajaran Tao,
yang mengatakan semua
alam berada didalam
keabadian dan segala
alam adalah liputan-Nya.
TAO adalah wujud yang
tidak tergambarkan ,
tidak laki-laki dan tidak
perempuan. Dialah yang
Universal yang
menggerakkan alam
semesta. dilambangkan
dengan Yin dan Yang.
Tokoh yang membawakan
ajaran ini adalah Chuang-
Tsu (369 SM-286 SM ) atau
lebih dikenal dengan
Confucius dan agamanya
disebut Confucianisme
(belakangan orang
banyak mengagungkan
beliau sehingga
patungnya dijadikan
untuk perantara menuju
Tao).
Didalam ajaran Budha
dikenal dengan
keabadian sejati atau
Hong Wilaheng sekaring
bawana langgeng , bahwa
dibalik semua alam ini
adalah Keabadian.
Semuanya diliputi oleh
keabadian Dzat Yang
Mutlak ( Tuhan ). Ajaran
ini dibawakan oleh Sang
Budha Gautama.(namun
akhirnya sang Budha di
jadikan Objek
ketuhanan , karena sang
Budha adalah Tuhan itu
sendiri)
Dalam kitab Samuel yang
kedua pasal 7 ayat 22
disebutkan sebagai
berikut : " maka sebab
itu besarlah Engkau, ya
Tuhan Allah karena tiada
yang dapat disamakan
dengan dikau dan tiada
Tuhan melainkan Engkau
sekedar yang telah kami
dengar dari telinga
kami."(akan tetapi Yesus
dijadikan objek
ketuhanan karena
dianggap Yesus adalah
anak Allah, karena di
dalam Yesus adalah
Allah ) .
07 November jam 11:26 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Kalau kita
perhatikan seluruh
agama yang ada (sebelum
Islam), masih tersisa
pesan-pesan tentang nilai
ketuhanan yang
Menggambarkan
kelanggengan
(keabadian) bentuk Dzat
Yang tidak
tergambarkan, itulah
Tuhan Yang Hakiki ….yang
menggerakkan alam,
meliputi segenap
keadaan, tidak bisa
diserupakan dengan
keadaan atau makhluk
ciptaan, tidak terikat
oleh kata, waktu dan
ruang karena Dia adalah
La syarkiyyah wala
Gharbiyyah (tidak timur
dan tidak barat), Yang
awal dan Yang Akhir ,
HUU , Dia Alfa Omega,
Dialah AUM, OM dan
Dialah TAO …( inilah
WUJUD kemurnian
tentang Dzat Tuhan yang
merupakan Misi setiap
agama ) akan tetapi hal
ini menjadi rancu, ketika
orang sudah mengaitkan
dengan kefanatikannya
terhadap sang utusan.
Sehingga tidaklah heran
mereka menganggap
orang yang suci seperti
nabi-nabi adalah
AFATHARA, yang menjadi
perantara kalam ilahy
(afathara/ Bethara)
dengan jalan emanasi
kepada manusia.Kasus
ketuhanan Yesus
sebenarnya tidak ada
bedanya dengan agama-
agama purba lainnya,
karena selalu berakhir
dengan "Penuhanan"
pemimpin atau Utusan
Tuhan karena dianggap
Tuhan berada di dalam
dirinya. Tradisi kuno ini
masih mempengaruhi
ummat Yesus yang
ditinggalkannya ... …
sampai sekarang .
Mengapa Islam
diturunkan ke Dunia ??
Sebelum saya berbicara
mengenai kemurnian
Dzat mutlak, marilah kita
bahas terlebih dahulu
mengenai kemurnian
naskah-naskah ajaran
agama.
Naskah-naskah ajaran
agama banyak yang
sudah bercampur dengan
mitos Yunani, Israiliyat,
dongeng purbakala,
Negeri Antah Berantah,
Kerajaan Dewa-Dewa,
Kekuasaan Ular Naga dll.
Sampai sekarang masih
tidak jelas kapan naskah
tersebut dituliskan dan
dibukukan dengan
kesaksian yang dapat
dipercaya, padahal
ajaran-ajaran itu hadir
pada ribuan tahun yang
lampau, dimana sumber
berita-beritanya tidak
bisa diambil rujukan
kebenarannya. Taoisme
sudah ada ribuah tahun
Yang lalu. Veda yang
merupakan kitab
pegangan orang-orang
yang beragama Brahma
atau Hindu mulai dikenal
antara tahun 1150 dan
tahun 1000 sebelum
masehi. Kitab Tripitaka
yang merupakan kitab
suci agama Buddha, lahir
tahun 563 sebelum
masehi, yang dipimpin
oleh Sidharta Gautama,
dan sampai sekarang
belum ditemukan naskah
aslinya. Kitab-kitab
agama-agama samawi
seperti Taurat, Zabur dan
Injil sampai sekarang juga
belum ditemukan naskah
aslinya. Apakah dilakukan
tradisi penulisan atau
tradisi lisan dan hafalan
yang disampaikan dari
mulut-kemulut …..???
Sebagai contoh, kitab Injil
…… pengarang kitab injil
bukan murid Yesus secara
langsung. Pada tahun-
tahun pertama setelah
munculnya agama Kristen
beredarlah bermacam-
macam tulisan mengenai
Yesus. Tulisan-tulisan itu
tidak dianggap autentik
dan Gereja
memerintahkan supaya
tulisan-tulisan itu
disembunyikan. Inilah
asal timbulnya kata :
apokrif (injil yang
disembunyikan ). Dari
teks tulisan tulisan
tersebut ada sebagian
yang terpelihara baik
karena mendapat
penghargaan umum,
seperti surat atau ajaran
Barnabas, tetapi banyak
lainnya yang dijauhkan
secara brutal, sehingga
yang ada sekarang hanya
sisa-sisanya dalam bentuk
fragmen. (begitulah yang
dikatakan oleh
terjemahan Ekumenik).
Tulisan yang dianggap
tidak autentik, karena
dianggap sebagai
penyebab kesesatan,
maka tulisan-tulisan
tersebut dianggap tidak
ada. Walaupun begitu,
injil orang Mesir yang
diketahui oleh pendeta-
pendeta gereja,
mempunyai kedudukan
yang hampir sama
dengan injil Kanon.
Begitu juga injil Tomas
dan injil Barnabas.
Diantara tulisan-tulisan
apokrif (yang
diperintahkan gereja
supaya disembunyikan)
banyak yang memuat
perinci-perinci yang
bersifat khayalan, yaitu
yang dihasilkan oleh
imaginasi orang awam.
07 November jam 11:27 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Hampir semua
kitab-kita agama yang
ditulis sekarang, telah
mengalami reduksi dalam
pengertian aslinya,
karena kita tidak
mendapatkan data
bahasa Asli dari sang
pembawa kebenaran
tersebut. Kenapa harus
ada yang berbahasa
asli ?? karena bisa jadi
bahasa melayu tidak
mampu mengungkapkan
makna kata yang
disebutkan dalam kitab
yang berbahasa Inggris,
dan bahasa Inggris tidak
mampu menuangkan
makna kata yang tersirat
dalam bahasa arab
misalnya. Hal inilah yang
akan merusak
keautentikan naskah,
karena setiap budaya
bahasa di dalam
pengungkapan makna
terkadang memerlukan
pembahasan yang lebih
panjang. Misalnya "kata
bahasa arab mengatakan
"bashirah" diterjemahkan
kedalam bahasa
Indonesia menjadi " hati
yang paling dalam atau
suara hati yang paling
murni" , namun bahasa
jawa mampu menangkap
kata itu hanya dengan
satu kata yaitu " RAHSA".
Karena bahasa memiliki
kemampuan
pengungkapan makna
yang berbeda-beda
disetiap bahasa di dunia,
maka akan sangat riskan
sekali jika suatu kitab
atau naskah sudah tidak
memiliki bahasa Aslinya.
Dengan adanya kitab
berbahasa asli, salah
pengertian karena salah
tafsir bisa dihindari.
Apalagi bahasa setiap
bangsa berkembang
sehingga dengan
demikian kitab-kitab
yang tidak memiliki
bahasa baku akan
mengalami perubahan
setiap saat. Apabila kitab
agama sudah tidak
memiliki bahasa asli,
maka kitab itu bukan/
tidak memiliki bahasa
wahyu lagi , akibatnya
banyak kesimpang siuran
naskah maupun makna.
Hal di atas berbeda
dengan Bahasa Alqur'an,
yang tidak pernah
mengalami perubahan
bahasa, kalaupun
diterjemahkan kedalam
bahasa asing tidak
meninggalkan bahasa asli
disampingnya. Hal ini
untuk memudahkan
pembaca agar mengerti
bahwa pengertian bahasa
itu haruslah sesuai
dengan pengertian yang
tertulis dalam bahasa
Aslinya. Dengan demikian
Alqur'an akan terhindar
dari pengertian yang
salah dan rendah jika
bahasa asing itu ternyata
tidak mampu menangkap
makna bahasa Alqur'an
yang tinggi ….Persoalan
keautentikan naskah ini
sangat penting, sebab
wahyu tidak boleh
bercampur dengan
kebohongan manusia
atau bercampur dengan
kelemahan pikiran
manusia yang setiap saat
berkembang. Dari naskah
inilah kita bisa
memahami kebenaran
suatu ajaran agama.
Mari kita telusururi
naskah Alqur'an dengan
menghimpun data-data
yang mutawatir untuk
mencari kejelasan
informasi yang masih
terhitung agama yang
paling muda dari agama-
agama sebelumnya.Cara
Rasulullah menyampaikan
Alqur'an kepada sahabat
dan menyuruh
menulisnya.
Rasulullah telah
menerima wahyu dari
Allah, lalu membacanya
dihadapan sahabat, serta
menyuruh para kuttab
(penulis wahyu)
menulisnya. Setiap telah
cukup satu surat
turunnya, Nabi memberi
nama kepada surat itu,
sebagai tanda yang
membedakan surat itu
dengan surat yang lain.
Nabi menyuruh
meletakkan " basmallah"
di permulaan surat yang
baru, atau di akhir surat
terdahulu letaknya.
Demikian pula di tiap-
tiap turun ayat, nabi
menerangkan tempat
meletakkan ayat-ayat
itu, nabi katakan :
letakkan ayat ini sesudah
itu, disurat Al baqarah
misalnya. demikianlah
Nabi perbuat sehingga
sempurnalah Al qur'an itu
diturunkan dalam tempo
23 tahun lebih kurang ( 22
tahun 2 bulah 22 hari).
Disamping terdapat yang
menghafal Alqur'an, pada
saat itu banyak pula yang
menulis ayat suci. Para
juru tulis Rasul yang
masyhur ialah ; Abu
Bakar , Umar, Ustman,
Ali , Amir ibn Fuhairah .
Ubai ibn Ka'ab, Tsabit
ibnu Qais ibn Syammas ,
Zaid ibnu Tsabit,
Muawwiyah ibn Abi
Sufyan dan beberapa
orang lainnya. Kata ibn
Atsir Al jazary daslam
kitab An Nasyr: sahabat
yang menghafal Alqur'an
dimasa nabi masih hidup
banyak sekali. Mereka
tidak memerlukan
menulis Alqur'an oleh
karena mereka sangat
baik hafalannya. Diantara
para sahabat yang
menghafal Alqur'an
adalah ; Abu Bakar Ash
shiddiq ra., umar ibnul
Khaththab ra, Ustman ibn
Affan ra., Ali ibn Abi
Thalib ra. thalhah, Sa'ad,
Hudzaifah, Salim, Abu
Hurairah, Abdullah ibnu
Mas'ud, Abdullah Ibnu
Abbas, Amer ibn `Ash,
Abdullah ibn Amer ibn
`Ash, Muawwiyah, Ibnuz
Zubair, Abdullah Ibn Assa-
ib, Aisyah ummul
mukminin ra, Hafsah
ummul mukminin (Hafsah
ini juga terhitung seorang
ahli tulis pada masa itu),
ummu salamah ummul
mukimin dll
07 November jam 11:27 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Kebenaran suatu
agama tergantung dari
kebenaran atau kesucian
kitabnya. Apakah ia
betul-betul dari Tuhan
ataukah hanya tulisan
manusia belaka. Bisa jadi
pada mulanya, ia adalah
wahyu Tuhan, kemudian
dirombak dan diubah
sedemikan rupa untuk
disesuaikan dengan
keyakinan dan filsafat
tertentu. Kriteria
pertama sebagai tolok
ukur kebenaran dan
kesuciannya, adalah ia
tidak dicampuri oleh hasil
pikiran dan angan-angan
manusia, serta bebas dari
kesalahan. Sebab, Tuhan
yang Maha benar adalah
sumber dari segala
kebenaran dan mustahil
Dia melakukan
kesalahan. Dengan
demikian, wahyu dari
Tuhan pasti tidak akan
pernah salah dan tidak
akan mengalami
perbaikan, perubahan,
penambahan, ataupun
pengurangan sedikitpun.
Jika ada kitab yang
dianggap suci mengalami
hal tersebut, berarti ia
bukan kitab suci,
melainkan hanyalah
tulisan manusia belaka
yang mengaku wakil
Allah yang memegang
otoritas untuk menulis
kitab suci. Padahal itu
semua tidak bisa
dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Setiap
orang Kristen pasti tidak
akan menyangkal bahwa
didalam kitab sucinya
terdapat banyak
kesalahan dan
pertentangan antara
ayat-ayatnya, yang tidak
bisa dipertemukan, serta
sering mengalami revisi
atau perbaikan.
Disamping itu, selamanya
mereka tidak akan
mampu menunjukkan
kitab sucinya yang betul-
betul dari Yesus (Nabi
Isa). Sudah terbukti , Injil
sekarang bukanlah Injil
Yesus, melainkan hasil
karangan orang-orang
yang tidak pernah
berjumpa dan mengenal
Yesus. Jika diteliti lebih
lanjut, pasti akan
terungkap, bahwa injil
yang dipegang oleh
pemeluk agama Kristen
sekarang adalah kitab
suci hasil karangan
paulus dari Tarsus yang
mengaku mendapatkan
mandat dari Yesus
melalui (alam) ghaib
untuk menyebarkan
agama Kristen sehingga
menimbulkan
pertanyaan : Agama
Kristen sekarang ini
apakah agama Yesus
ataukah agama Paulus ??
Sebagaimana diketahui ,
bahasa yang dipakai oleh
Yesus sehari-hari adalah
bahasa Aram. Lalu
mengapa Injil bahasa
Aram tidak ada,
kemudian berubah
menjadi bahasa Yunani.
Mengapa Injil Matius,
Lukas dan Markus
terdapat kesamaan,
sehingga disebut injil
synopsis, sedangkan Injil
Yahya (Yohanes) sangat
berbeda ? Berikut ini
adalah proses
terbentuknya kitab
perjanjian baru.
Tahun 30 ……Penyaliban
Tahun 50 ……surat
pertama Paulus
Tahun 62 ……surat paulus
terakhir
Tahun 65-70 Injil Markus
Tahun 70 ? …. Surat
Paulus kepada Jemaat
Ibrani
Tahun 80 …….Injil Lukas
Tahun 85-89 …Injil Matius
Tahun 90 ……..Kisah Rasul
Tahun 90-100 …Injil Yahya
(Yohanes) dan surat
pertamanya
Tahun 95-100 …Kitab
Wahyu
Tahun 100 ? …..Timotius 1
dan 2, dn Titus
( dikutip dari ` The Origin
and Transmission of The
New Testament , oleh
L.D. Twilley B.D , 1957, hal
51. )
Karena proses
terbentuknya kitab suci
perjanjian baru seperti
diatas, maka Alkitab
tidak bisa dijamin
keabsahannya dan tidak
bisa dipertanggung
jawabkan kebenaran dan
keotentikannya.
Demikian saya tidak akan
terlalu jauh membahas
persoalan kebenaran
suatu ajaran agama
sampai detail, kecuali
secara global bahwa
kebenaran itu tidak bisa
menurut perkiraan dan
angan atau menurut
orang tua kita secara
turun temurun sehingga
nilai objetifitasnya tidak
ada. Kita harus berani
mengambil sikap …kalau
memang kita benar-
benar mencari
kebenaran.Bukan karena
propaganda pendeta atau
kyai tanpa
mempertimbangkan
dengan jujur.
Mari kita kembali
membahas masalah
kemurnian Dzat Mutlak
yang bisa menjelaskan
mengapa Islam
diturunkan ke Dunia.
Telah diakui dan
disepakati oleh semua
agama bahwa Dzat
Mutlak tidak bisa
digambarkan, tidak laki-
laki dan tidak
perempuan, tidak bisa
diserupakan dengan
ciptaan-Nya. Konsep Laa
ilaha illallah …tiada ilah
kecuali Dzat Mutlak,
merupakan sesuatu yang
disepakati dalam bahasa
Universal. Bahwa diatas
makhluk ada kemutlakan
yang semuanya
bergantung kepada-Nya
( tai-chi ). Atau semua
alam bergantung kepada
TAO, dan Hong wilaheng
sekaring bawana
langgeng istilah arabnya
Rabbul `alamin (tempat
bergantungnya alam
semesta) , bahwa sesuatu
yang bergantung adalah
lemah., yaitu sesuatu
yang bisa
digambarkan.berupa
alam-alam ciptaan. Jika
dalam bermeditasi atau
bersembahyang, fikiran
dan jiwa kita di arahkan
kepada objek yang
berupa alam (apakah itu
bayangan diri sendiri,
bentuk patung, irama
nafas, membayangkan
wajah guru suci, anak
Tuhan dll ), maka kita
akan terhambat kepada
alam fikiran atau alam-
alam ciptaan, yang tidak
akan mampu menembus
alam ketuhanan Mutlak,
karena Allah atau Tao
bukanlah alam. Jika sang
meditator melihat
sesuatu yang seperti
digambarkan dalam
pengalamannya ..berarti
dia masih berada di
wilayah ciptaan …bukan
kepada Dzat Mutlak
(tersesat/ reinkarnatie )
07 November jam 11:28 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Mutlak artinya
tidak tersentuh
sedikitpun oleh alam,
sehingga untuk melihat-
Nya harus meninggalkan
alam (Moksa), bukan
menuju alam, akan tetapi
menyadari bahwa alam
adalah fana (tiada). Kalau
kita masih merasakan
"keadaan" berarti kita
dalam penyatuan dengan
yang Mutlak artinya kita
tidak melepaskan ketidak
hakikian kita menjadi
hakiki yang sebenarnya.
Sarana atau perantara
meditasi merupakan
hambatan menuju yang
Mutlak dalam bahasa
Islam disebut Syirik, yaitu
mencampurkan alam
benda (sesuatu yang bisa
dijangkau oleh fikiran)
dengan Yang hakiki
ketika bermeditasi atau
bersembahyang.
Akibatnya mereka akan
berhenti kepada alam-
alam (alam spiritual)
yang masih jauh dari
kebenaran Mutlak.
Karena bagaimanapun
bentuk alam itu masih
dikategorikan alam, yang
berarti masih berada
dalam kekuasaan Allah
atau TAO. Untuk
mencapai kebenaran
Mutlak harus
meninggalkan ikatan
alam-alam termasuk
sarana-sarana ( patung,
manusia, gunung,
matahari, roh suci dll)
karena semuanya masih
berupa alam.Tuhan itu
Esa tidak bisa disentuh
oleh pikiran ( tak
terbayangkan, tak
terdifinisikan) Dialah
TAO !! Selama pikiran kita
bergerak untuk
menciptakan gagasan
tentang Tuhan, maka kita
akan berhenti kepada
gagasan itu.
Selama orang itu
bersembahyang menuju
objek yang bisa
dibayangkan (anak Allah,
dewa, patung,Gunung,
guru suci) maka orang itu
telah terikat kepada
alam-alam, tidak akan
mampu menembus Dzat
yang Mutlak, dan
berhenti kepada gagasan
alam semesta. Mereka
menemukan kekuatan-
kekuatan alam atau
bahasa Alam bukan Tao
itu sendiri. Demikian juga
orang shalat jika di dalam
shalatnya menuju kepada
yang tidak jelas
(ngelantur, melamun)
maka objeknya adalah
lamunannya sendiri
sehingga ia tidak mampu
menembus (mi'raj)
menuju Dzat Mutlak
( Aqimish shalata li dzikri,
dirikan Shalat untuk
menuju Aku yang Mutlak,
QS. Thaha:14 )
Di dalam Bhagavad Gita
disebutkan, barang siapa
sesembahannya (objek
meditasinya) kepada roh
alam maka ia akan
kembali kepada roh alam,
barang siapa
sesembahannya kepada
dewa-dewa maka ia akan
mati kembali kepada
dewa-dewa, dan akan
menjalani reinkarnasi.
Akan tetapi jika
sesembahannya kepada
BRAHMAN Yang Agung,
maka ia akan kembali
kepada keabadian
Mutlak, dan tidak akan
reinkarnasi.
Di dalam ajaran Budha
disebutkan, konsep dari
personalitas ego adalah
sesuatu yang
digambarkan oleh pikiran
yang diskriminatif yang
harus ditinggalkan. Di
lain pihak, Budha alami
adalah sesuatu yang
tidak bisa di
diskriminasikan dan harus
diselidiki di satu rasa
bukanlah ego dalam rasa
" Aku dan kepunyaanku" .
(The teaching of Buddha)
Didalam ajaran Taoisme
mengatakan, agar dapat
menyatu (sampai) dengan
ketunggalan besar ( Yang
Maha Besar ) manusia
bijaksana harus
mengatasi serta
melupakan pemilahan
diantara barang sesuatu
dengan barang yang
lainnya. Jalan untuk
dapat bersikap demikian
ialah dengan
mengesampingkan
pengetahuan ( tidak
berbuat syirik/
mengabaikan konsepsi
manusia) dan merupakan
metode yang dipakai oleh
kaum Tao untuk
mencapai sikap
bijaksana.
Injil juga melarang syirik
seperti diungkapkan pada
surat Matius 7: 21-23
Bukannya tiap-tiap orang
yang menyeru Aku,
Tuhan, Tuhan akan masuk
kedalam kerajaan syurga,
hanyalah orang yang
melakukan kehendak
Bapakku yang disyurga .
Pada hari itu kelak
banyak orang yang akan
berkata kepadaku;
Tuhan, Tuhan, bukankah
dengan nama Tuhan kami
mengajar, dan dengan
nama Tuhan kami
membuangkan setan, dan
dengan Nama Tuhan kami
mengadakan banyak
mukjizat. Pada ketika itu
Aku akan berkata kepada
mereka itu dengan nyata:
bahwa tiada pernah aku
mengenal kamu, undurlah
daripadaku, hai kamu
yang mengerjakan jahat.
Kesimpulan dari setiap
ajaran agama adalah
mencapai kebenaran
Mutlak dengan cara
meninggalkan
pengetahuannya
(konsepsi pikirannya
tentang gambaran Tuhan
yang tak terdifinisikan)
yaitu Tauhid MURNI.
Dengan demikian Islam
adalah agama
pembenaran agama-
agama terdahulu ( Ali
Imran:3) dan sekaligus
menyempurnakan
peradaban yang dianggap
sudah tidak relevan lagi
pada masa sekarang.
Islam diturunkan ke
Dunia sebagai misi
penyelamatan dari
campur tangan mitos
manusia tentang Tuhan,
yaitu memurnikan nilai
ketuhanan yangbersifat
ESA. Menafikan segala
bentuk ketuhanan
kecuali Allah Yang Esa ,
tidak tergambarkan oleh
konsepsi manusia dan
tidak seperti apa yang
dipirkan oleh pikiran dan
perasaannya yang dalam
bahasa Alqur'an disebut
sebagai Tauhid yaitu
gambaran tentang Tuhan
secara hakiki.

Senin, 20 Desember 2010

ALIF DAN BA' DALAM AL-QUR'AN

A. Bahwa Allah
memerintahkan untuk
tadabbur sekaligus
memahami Al-Qur ’an dan
tidak mungkin ada kata
dalam Al-Qur ’an yang
tidak bisa ditafsirkan
karena AL-Qur ’an sendiri
selalu memerintahkannya
seperti anjuran beberapa
ayat:
“ Sesungguhnya Kami
menjadikan Al-Qur’an
dalam bahasa Arab
supaya kalian
berfikir. ”(QS. Az-
Zukhruf:3)
“ (Al-Qur’an) diturunkan
dengan (menggunakan)
bahasa arab yang
jelas. ” (QS. Asy-Syu’ara:
195)
Bagi sebagian pakar
tafsir yang menyetujui
pandangan ini munculah
beberapa penafsiran
tentang huruf-huruf ini
antara lain:
1. Huruf-huruf ini biasa
digunakan masyarakat
arab di dalam sajak/syair/
prosa sebagai penganti
kalimat-kalimat. Namun
pandangan ini dibantah
karena ketidak tahuan
mana kalimat yang
dibuang dan juga tidak
ada satupun sumber yang
valid baik dari Nabi,
maupun atsar sahabat,
mana kalimat yang
dibuang tersebut dan apa
bentuknya.
2. Huruf- huruf
dimaksudkan sebagai
kalimat yang
menyuarakan tantangan
bagi yang meragukan Al-
Qur ’an. Seakan-akan ada
tantangan untuk
membuat bandingan Al-
Qur ’an. Dan maknanya
seperti ini:
“ Huruf Alif Lam Mim ini
bukanlah huruf –huruf
yang asing bagi kalian
yang kalian gunakan
sehari-hari, kalian sendiri
menganggap diri kalian
ahli balaghah dan fushah
(ahlibahasa; ahli dalam
syair/prosa). Kami lah
yang menciptakan Al-
Qur ’an ini, dan cobalah
kalian menciptakan
bandingan Al-Qur ’an itu,
dan pastinya kalian tidak
akan mampu meskipun
hanya satu ayat. ”
3. Bahwa huruf-huruf ini
merupakan rumus yang
biasa digunakan oleh
masyarakat arab waktu
itu. Alif itu tanda atau
rumus dari kalimat Allah,
huruf Lam tanda dari
Jibril, dan Mim tanda dari
kalimat Muhammad.
B. Sebagian
menafsirkanAlif
menunjukan kata ana
(saya/Allah). Lam
menunjukan kata Allah,
dan Mim menunjukan
lebih tahu (A ’lamu). Jadi
artinya,” Saya (Allah)
lebih mengetahui
maknanya. “
C. Ada yang menyebutkan
bahwa huruf-huruf itu
hanyalah nama dari surat
yang bersangkutan.
Seperti yang dikemukan
oleh pakar tafsir
legendaris Az-Zamaksyari
dan disetujui oleh banyak
pakar tafsir lainnya.
Argumen yang mereka
kemukakan adalah
sebuah hadist:
“ Sesungguhnya
Rasulullah Saw pernah
membaca di shalat subuh
di hari jum ’at Alif Lam
Mim (surat) Sajdah dan
(surat) Hal Ata ‘alal
Insan.” (HR. Bukhari
Muslim)
D. Sebagian menfasirkan
sebagai huruf sumpah
(Qasam), yaitu kalimat
sumpah yang digunakan
untuk menunjukan Ke
maha kemualiaan dan
keagungan Allah Swt.
Jadi huruf-huruf ini jika
diartikan:
“ Demi Allah. Kitab ini
tidak ada keraguan
sedikitpun di dalamnya,”
Huruf laa sendiri (dari
kalimat Laa Raiba Fih)
adalah jawaban kalimat
sumpah (Qasam).
Penafsiran ini
berpedoman pada
riwayat Ikrimah (seorang
tabi ’in, murid Ibnu Abbas)
dari riwayat Ibnu Abi
Hatim dan diriwayatkan
pula oleh ath-Thabari
dengan sanad yang sahih
yang menyebutkan
bahwa Alif Lam Mim
adalah huruf sumpah.
E. Jika memukingkan
mengabungkan semua
pandangan yang ada,
artinya bisa diartikan
bahwa Alif Lam Mim ini
adalah nama lain dari
surat itu, karena
terkadang satu kata
dalam Al-Qur ’an bisa
diartikan dengan banyak
arti. Dan bisa juga
diartikan bahwa huruf-
huruf itu bisa berarti
salah satu dari sifat-sifat
Allah.
Kesimpulan
1. Sebagian pakar yang
tidak menfasirkan huruf-
huruf ini karena tidak
ada satupun keterangan
yang sahih yang valid
mengenai arti dari huruf-
huruf dan meyerahkan
sepenuhnya
pengertiannya pada Allah
Swt.
2. Sebagian lain mencoba
menafsirkan huruf-huruf
tersebut karena Al-
Qur ’an sendiri selalu
memerintahkan bagi para
peneliti dan pengkaji Al-
Qur ’an untuk tadabbur
dan merenungi
maknanya. Jika ada
sebagian ayat yang tidak
bisa ditafsirkan
bagaimana mungkin bisa
tadabbur dan
merenungkan hikmah
dibaliknya.
3. Sekalipun banyak
tafsiran tentang huruf-
huruf itu, namun jangan
dipastikan bahwa itu
adalah tafsiran yang
tepat atau sebuah
kebenaran. Karena
tafsiran ini masih dalam
kategori zhani (hanya
prasangka belaka)
artinya bisa mengandung
kebenaran atau salah.
Namun salah disini bukan
berarti dosa, tapi bisa
jadi terbantah oleh
pandangan-pandangan
berikutnya.
4. Ada pandangan
menarik dari pakar tafsir
kontemporer, Mutawali
asy-Sya ’rawi, bahwa kita
tidak wajib mencari
jawaban huruf-huruf
seperti ini, karena hal ini
diluar perintah dasar,
yaitu membaca, taddabur
dan akhirnya
merngamalkannya.
َكِلَذ ُباَتِكْلا َال
َبْيَر ِهيِف ىًدُه
َّتُمْلِّلَنيِق
2. “ Kitab (Al Quran) ini
tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.”
Arti Kata
( َكِلَذ ) Kata benda ini
(isim Isyaroh) meskipun
berarti sesuatu yang
jauh, namun diartikan ini
( اذه ) yaitu sesuatu yang
dekat. Ini menunjukan
mulia dan agungnya Al-
Qur ’an ini.
ُباَتِكْلا Al-Qur’an
( َال َبْيَر ) Tidak ada
keraguaan bahwa Al-
Qur ’an berasal dari Allah
Swt yang diwahyukan
kepada Nabi Saw. Huruf
( َال ) adalah Laa naïf li
jinsi dan khabarnya wajib
dibuang.
( ِهيِف ىًدُه ) Petunjuk
menuju kebahagiaan ,
kesuksesan dunia akhirat
( ّتُمْلِّلَنيِقَ ) Bagi
yang bertakwa, takwa
adalah takut dari azab
Allah kemudian
manifestasi ketakutan itu
diaplikasikan dalam
bentuk banyak
melakukan taat dan
menjauhkan semua
larangannya.